NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Presiden Filipina Rodrigo Duterte membantah pernyataan Kedutaan Besar Amerika Serikat yang menyebutkan bahwa Filipina telah meminta bantuan militer pada AS untuk melumpuhkan militan Maute yang berbaiat pada ISIS di Marawi.
Duterte menyampaikan hal itu, sehari setelah Kedubes AS mengumumkan bahwa Pasukan Khusus AS akan memberi bantuan pada militer Filipina untuk operasi Marawi, mengatasnamakan permintaan pemerintah.
Dalam sebuah konferensi pers pada Minggu (11/6/2017) di Cagayan de Oro City, yang berjarak sekitar 100 km dari Marawi, Duterte berujar, bahwa negaranya tidak pernah mendekati Amerika Serikat untuk meminta bantuan.
Sementara soal bantuan teknis yang diberikan militer AS untuk melawan militan ISIS di Marawi, Duterte menyebut tidak tahu-menahu soal itu, sampai bantuan tersebut tiba.
Bantuan militer yang diberikan AS pada Filipina dianggap penting, karena Duterte yang menjabat sejak setahun lalu, kerap ‘menyerang’ Washington dan memutuskan kerjasama militer kedua negara. Justru malah Duterte meminta bantuan pada Rusia dan China.
Sampai saat ini, belum diketahui siapa yang meminta bantuan pada AS tanpa restu Duterte tersebut. Sebelumnya, pasukan Filipina menyebut pasukan khusus AS memberi bantuan teknis, namun tidak terjun langsung ke lapangan.
Hal itu mengonfirmasi pernyataan Kedubes AS di Manila yang menyebut pemerintah Filipina meminta bantuan mereka.
Sementara Juru Bicara Kepresidenan Filipina, Ernesto Abella mengatakan jika pasukan AS ikut terjun langsung dalam bentrokan, maka itu bisa melanggar undang-undang.
“Perang melawan terorisme, bukan hanya merupakan fokus Filipina ataupun Amerika, tapi menjadi perhatian banyak negara. Filipina terbuka menerima bantuan dari negara lain, jika mereka menawarkan,” ungkapnya.
Militer Filipina beeikrar, mereka akan mengakhiri pemberontakan pada hari Senin (12/6/2017), bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Filipina.
Pewarta: Ricard Andika
Editor: Achmad Sulaiman