Mancanegara

Amerika Ditantang Duterte Kirimkan Militer Ke Laut Cina Selatan

Seaman Marcus White dari San Diego berdiri menonton saat melihat ke atas kapal penjelajah berpeluru kendali kelas Ticonderoga USS Chancellorsville (CG 62) selama pengisian ulang di laut dengan kapal induk kelas Nimitz USS Ronald Reagan (CVN 76). Chancellorsville dikerahkan ke depan ke wilayah Armada ke-7 operasi A.S. untuk mendukung keamanan dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik. (FOTO: DOk. U.S. Navy/Mass Communication Specialist 2nd Class JOHN HARRIS)
Seaman Marcus White dari San Diego berdiri menonton saat melihat ke atas kapal penjelajah berpeluru kendali kelas Ticonderoga USS Chancellorsville (CG 62) selama pengisian ulang di laut dengan kapal induk kelas Nimitz USS Ronald Reagan (CVN 76). Chancellorsville dikerahkan ke depan ke wilayah Armada ke-7 operasi A.S. untuk mendukung keamanan dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik. (FOTO: DOk. U.S. Navy/Mass Communication Specialist 2nd Class JOHN HARRIS)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Amerika Serikat ditantang oleh Presiden Filipina, Rodrigo Duterte untuk mengirim milternya ke Laut Cina Selatan jika benar-benar ingin mengusir Beijing dari wilayah sengketa.

“Jika Amerika benar-benar ingin mengusir Cina, yang tentu saja tidak dapat saya lakukan, saya akan meminta bantuan. Saya ingin semua pasukan Seventh Fleet dari Angkatan Bersenjata AS di sana,” ujar Duterte seperti dilansir Inquirer.

Armada Ketujuh atau Seventh Fleet adalah sebuah armada bernomor (sebuah formasi militer) dari Angkatan Laut Amerika Serikat yang bermarkas besar di U.S. Fleet Activities Yokosuka, Yokosuka, Jepang, dengan beberapa unit berbasis di Jepang dan Korea Selatan. Ini merupakan bagian dari Armada Pasifik AS dan salah satuan militer terbesar yang dikerahkan AS.

Duterte melontarkan tantangan ini sebagai tindak lanjut atas permintaannya agar AS “melepaskan tembakan pertama” dan menyatakan perang dengan Cina di tengah kisruh sengketa lahan LCS.

Filipina dan AS memang terikat dengan Kesepakatan Pertahanan Bersama yang mewajibkan kedua belah pihak saling mendukung jika salah satu negara diserang. Pernyataan ini membuat sejumlah pihak bingung dengan pendirian Filipina di bawah komando Duterte.

Baca Juga:  Apakah Orban Benar tentang Kegagalan UE yang Tiada Henti?

Saat baru naik takhta, Duterte terlihat mengubah haluan kebijakan negara dengan mendekatkan diri ke Cina dan menjauh dari AS sebagai sekutu lama mereka.

Duterte bahkan sempat mewacanakan membeli senjata dari Cina dan mengusir pasukan AS dari Filipina. Namun, ketika Cina mulai membangun kekuatan militer di daerah sengketa LCS, sikap Duterte terhadap Beijing mulai goyah.

Filipina dan Cina sama-sama memiliki klaim wilayah di Laut Cina Selatan. Filipina pun menggugat Cina atas klaim historisnya di perairan itu ke Pengadilan Arbitrase Permanen (PCA) pada Juni 2016 lalu.

Meski Filipina memenangkan gugatannya, Cina berkeras tetap mengklaim hak historis atas perairan yang menjadi jalur perdagangan utama itu. (red/nn)

Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,154