NUSANTARANEWS.CO, Tokyo – Dua Kapal Patroli Cina selama 2 hari ngendon di perairan teritorial Jepang. Hal tersebut dilaporkan oleh pasukan Penjaga Pantai Jepang. Pada hari Minggu (11/10) hingga Selasa (13/10), kedua kapal ptaroli tersebut masih berada di lepas pantai Kepulauan Senkaku di Laut Cina Timur.
Pejabat penjaga pantai mengatakan bahwa kapal-kapal Cina tersebut memasuki perairan di lepas pantai Kepulauan Senkaku di Laut Cina Timur pada Minggu pagi, dan baru meninggalkan perairan pada Selasa malam, lebih dari 57 jam kemudian.
Menurut kantor berita ANI, ini adalah intrusi terpanjang kapal-kapal patroli Cina ke perairan Jepang sejak terakhir kali kejadian serupa pada tahun 2012 ketika pemerintah Jepang membeli sebagian Kepulauan Senkaku dari pemilik swasta Jepang.
Pasukan Penjaga Pantai Jepang mengirim kapal-kapal patroli ke area tersebut dan terus memberi peringatan kepada kapal-kapal Cina itu untuk segera meninggalkan perairan Jepang. Ini adalah pertama kalinya sejak 28 Agustus kapal Cina memasuki perairan teritorial Jepang, dan ke-18 kalinya tahun ini, menurut NHK World.
Menurut Penjaga Pantai Jepang, ketika insiden itu, total ada tiga kapal patroli Cina, namun hanya dua yang memasuki perairan teritorial Jepang.
Kepulauan Senkaku adalah gugusan pulau yang tidak dapat dihuni yang diklaim oleh Jepang, Cina, dan Taiwan. Pemerintah Jepang mempertahankan pendirian bahwa kepulauan tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari teritorial Jepang, dalam hal sejarah dan hukum internasional. Dikatakan, tidak ada masalah kedaulatan yang harus diselesaikan atas kepulauan tersebut.
Pemerintah Jepang telah mengajukan protes atas dua kapal patroli Cina yang melakukan navigasi di perairan teritorial Jepang di lepas pantai Kepulauan Senkaku selama lebih dari dua hari tersebut.
Semetnara seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan pada hari Selasa bahwa pulau-pulau itu adalah bagian dari wilayah Cina. Dan menambahkan bahwa Jepang harus menghormati hak Cina untuk berpatroli di daerah tersebut.
Associate Professor di Universitas Kota Yokohama, Seta Makoto, berkata, “Salah satu tujuan dan tujuan utama China adalah membuat pemerintah Jepang mengakui bahwa ada masalah internasional atas pulau-pulau itu.” (Banyu)