Politik

Dorong Globalisasi, Trump dan Xi Berunding di Florida

NUSANTARANEWS.CO – Isu perang dagang (trade war) antara Amerika Serikat dan Cina sepertinya hanya retorika belaka. Sebab, beberapa pengamat malah menilai AS dan Cina sebetulnya merupakan mitra dagang yang akrab sehingga tak mungkin berkonflik.

Sinyalemen keakraban Trump dan Xi sebetulnya sudah tampak sejak awal Trump dilantik menjadi Presiden AS Januari lalu. Hanya saja, kedua belah pihak tampak pandai memainkan isu kalau AS dan Cina bersitegang. Hal itu kemudian menjadi santapan renyah media-media di seluruh dunia.

Keakraban kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu tampak dari pertemuan Trump dan Xi di Palmerah Beach, Florida selama dua hari, 6-7 April.

Seperti disebutkan, sedikitnya ada dua isu yang dibahas kedua pimpinan negara. Pertama soal sikap Korea Utara yang provokatif. Kedua, terkait dengan penguatan kerjasama AS dan Cina dalam bidang ekonomi dan perdagangan.

Simak: Pengamat: Ada Efek Dominonya Pertemuan Trump dan Xi Jinping

Baca Juga:  Blusukan Pasar di Jember, Cabup Fawait  Sorot Minimnya Tempat Ibadah di Pasar

Meski sebelumnya Cina kerap menuding AS proteksionis, nyatanya pihak AS juga menuding hal serupa kepada Cina. Tudingan tersebut boleh jadi selesai dalam jangka waktu dua hari di meja perundingan di Florida.

Diplomasi Trump dan Xi di Florida ibarat angin segar bagi keberlanjutan perjanjian perdagangan AS-Cina, terkhusus di Asia Pasifik. Kendati AS telah menarik diri dari Trans Pasific Partnership. Ini hanya semata strategis Trump untuk mengubah model baru dari kemitraan. Lagi pula, sebagai perwakilan Republik, Trump secara politik berkepentingan merubah segenap kebijakan Barack Obama yang notabene representasi Demokrat.

Simak: Mencermati Pertemuan Xi Jinping dan Donald Trump di Florida

Perang fisik tampaknya jauh dari perkiraan. Dan itu bukan pilihan tepat. Selain karena peraturan internasional yang ketat, perang fisik juga disadari hanya akan merugikan secara finansial serta sama sekali tak memberikan keuntungan. Apalagi dalam 15 tahun terakhir energi AS sudah banyak terkuras akibat perang di Timur Tengah. Keterlibatan AS di Timur Tengah diakui atau tidak telah membuat kerugian besar. Seperti disinyalir George Walker Bush beberapa waktu lalu bahwa pasukan AS banyak menjadi korban akibat perang di Irak dan Afghanistan.

Baca Juga:  Tak Netral di Pilkada, LMP Laporkan PPDI Tulungagung Ke Bawaslu

Profesor Eswar Prasad dari dari Cornell University menilai, Trump dan Xi di Florida akan menjajaki kerjasama AS-Cina dalam bidang perdagangan dengan sama-sama mendorong globalisasi inklusif. Seperti dikutip The Washinton Post, Trump ingin Cina mengikuti ide globalisasi inklusif dalam versi AS. Sementara Xi mendiskusikan globalisasi inklusif dalam pandangan Cina.

“Saya berpikir kalau keduanya bersama-sama maka saya tidak melihat kelemahan mereka untuk mendorong globalisasi,” kata dia.

Baca: Xi Jinping Bertolak Ke Finlandia

Untuk itu, pertemuan Trump dan Xi di Florida adalah sebuah upaya melanjutkan hubungan kedua negara untuk bersama-sama mendorong globalisasi. Hambatan Cina mungkin hanya Korea Utara. Jika Trump sukses membujuk Cina untuk menekan Korut, maka AS dan Cina sekali lagi akan bergandengan tangan mendorong globalisasi.

Terakhir, Trump dan Xi di Florida ditemani istri masing-masing, yang sekaligus menjadi bukti bahwa AS dan Cina sebetulnya baik-baik saja. Tinggal bagaimana hasil kesepakatan kedua negara berbagi kavling di kawasan Asia Pasifik yang kini tengah menjadi kiblat dunia bila dilihat dari sisi geopolitik.

Baca Juga:  Kemiskinan Masalah Utama di Jawa Timur, Sarmuji: Cuma Khofifah-Emil Yang Bisa Atasi

Penulis: Eriec Dieda
Editor: Achmad Sulaiman

Related Posts

1 of 41