Budaya / SeniPuisi

Disumpahi Jabatan

Puisi Gustu Sasih

 

disumpahi jabatan

 

andai pohon, akar yang lemah

andai rumah, pondasi yang rapuh

andai tubuh, tanpa jiwa

yang ada: binasa!

sederhana saja perumpamaan ini

di negeri yang sendi-sendinya kau bikin lemah

berawal dari sumpah sakral di bawah bentangan kitab suci

lebih tepat lagi sumpah sampah, meski engkau menyebut demi allah

ikrar jadah

hanya formalitas

kau pun berkemas,

bergegas ke kursi goyang yang juga penyebab kau bisa bergoyang aman di ranjang istri simpanan

rencanamu pun perlahan berjalan, seperti gerak matahari yang mendatangkan malam

jalan lapang, di sana, kau bikin tikungan-tikungan tak terduga, tajam, tak terbaca peta, tak tampak oleh mata

kami rakyat yang sebagian busung lapar, tahu apa?

hanya sibuk mengurusi isi perut dengan segala macam cara yang kami bisa

di sisi lain, wakil-wakil kami di istana, sudah tak bisa kami percaya

suara mereka bukan suara kami lagi

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

suara kami tak lagi bisa keluar dari mulut intelekmu

yang kami butuh dan mau, tak juga kami terima dengan utuh

kau ada sebagai musuh yang nyata bagi kami

dibanding kompeni, kau lebih serakah lagi

yang kau eksploitasi dengan membabibuta, bukan sumber daya alam kami

tapi bundel rupiah milik kami, yang angka-angkanya didominasi barisan nol panjang sekali

lebih tebal dari kemiskinan kami

membubung jauh di awang dibanding harga sembako kami, dibanding harga kebutuhan hidup kami yang lain, dibanding harga vagina perempuan-perempuan kami yang terpaksa melacur diri sebab tak kuat lagi dihimpit ekonomi

pernahkah kau pikirkan ini?

tentu tidak

tidak, tentu

sekali ini saja, coba kau tengok derita kami, yang sudah lama viral di negeri abal-abal ini

meluber dibubuhi hastag-hastag murung

bukan kabar burung

pikirkan sekali ini, agar anak-istrimu tak lagi makan-minum dari hasil kau jilati dubur rakyat bernama kami

agar cukup sampai di sini kau disumpahi jabatanmu sendiri

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

disumpahi jadi sosok hina di hadapan kami

sumpah yang pasti

tak seperti sumpah sampah yang kau ikrarkan sambil membuka situs porno di bawah lembar-lembar kitab suci

 

gunungsari-batulayar, 2017

Gustu Sasih lahir tahun 1988 di Lombok Barat. Penggemar Ariel Tatum.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Related Posts

1 of 120