Oleh: Inas N Zubir*
NUSANTARANEWS.CO – Saya terkejut mendengar Rocky Gerung dengan terang-terangan mengatakan dalam acara ILC pada hari selasa, tanggal 26 Maret 2019 bahwa ILC adalah tempat dia untuk ngibul, lalu perkataan Rocky Gerung tersebut diamini oleh Karni Ilyas. Hahh! Gak salah nih! Jadi, omong kosong jika survey Indikator mengatakan bahwa tvOne adalah stasiun televisi paling dipercaya, ini juga ternyata ngibul! Buktinya ada nara sumber yang sengaja diundang di tvOne hanya untuk ngibul demi meraup pundi-pundi iklan semata!
Argumen-argumen Rocky Gerung dalam ILC pada hari selasa yang lalu tidak ada yang baru dan masih berkutat melulu tentang Jokowi, bahkan semakin nampak bahwa dia terjebak dan tenggelam dalam obsesinya kepada Jokowi, tapi justru Rocky Gerung yang seperti itulah yang diinginkan oleh ILC demi memikat pemirsa-nya dan menjadikan Rocky Gerung sebagai ikon ILC dan Karni Ilyas menikmati-nya.
Dalam ILC pada selasa malam tersebut, Rocky Gerung masih juga terjebak oleh argumen-nya sendiri ketika mengatakan bahwa kebebasan pers dan kebebasan berpendapat sudah tidak ada di era Jokowi, padahal pada saat itu dia sedang bebas sesuka hati menghujat Jokowi di ILC tvOne, bahkan, walaupun Rocky Gerung sering menghujat Jokowi di ILC tvOne, tapi dia tidak pernah ditangkap untuk dipenjarakan dan ILC tvOne-nya pun tidak pernah dibredel oleh yang berwenang! Jadi, seperti inilah demokrasi yang diinginkan oleh Rocky Gerung dan konco-konconya, yakni demokrasi ala gue, layaknya demokrasi ala bandit yang sering kita tonton dalam film laga Holywood.
Selain itu, Rocky Gerung dengan garang mempertontonkan kefasisan-nya dengan menentang tekad Jokowi untuk melawan setiap hoax terhadap kehidupan pribadi dan perjuangan-nya, contohnya adalah ketika Jokowi mengatakan bahwa selama ini dia diam, tapi sekarang akan melawan setiap hoax yang ditujukan kepada dirinya, tapi justru hak seorang warga negara yang dimiliki oleh Jokowi tersebut, direbut begitu saja oleh Rocky Gerung dengan mengatakan bahwa Jokowi harus ditangkap karena melawan kepada rakyat-nya! Itulah propaganda fasis dan komunis ala Rocky Gerung dalam mengkriminalkan rakyat atau bahkan pejabat negara!
Kelakuan Rocky Gerung tidak berdiri sendiri karena dia terkait juga dengan kelakuan BPN melalui Dahnil Anzar Simanjuntak yang melayangkan surat keberatan kepada KPU soal Metro TV sebagai televisi penyelenggara debat keempat Pilpres 2019, dimana sikap BPN yang keberatan terhadap keputusan KPU tersebut menurut peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI, Wasisto Raharjo Jati justru mencerminkan pihak BPN sebagai figur otoriter.
Jadi, semakin terang benderang bahwa mereka adalah sekumpulan bandit demokrasi yang ingin memberangus kebebasan pers dan kebebasan berpendapat, kemudian diganti dengan sistem demokrasi ala gue yakni bentuk kebebasan pers dan kebebasan berpendapat yang menguntungkan kelompok mereka saja.
“Demokrasi ala gue” atau lebih tepatnya kalau kita sebut “Demokrasi Bandit” ini lebih cenderung kepada faham otoritarian dimana kekuasaan untuk menentukan salah dan benar ada ditangan mereka atau pemimpin mereka, contohnya adalah ketika Prabowo mengatakan bahwa rakyat Indonesia 99% miskin maka semua harus setuju dan membenarkan argumen Prabowo tersebut, walaupun mereka sadar bahwa omongan Prabowo tersebut adalah dusta belaka!
*Inas N Zubir, penulis adalah Fraksi Hanura DPR-RI