NUSANTARANEWS.CO – Dalam rangka mengingat dan mengenang peristiwa G30S/PKI 51 tahun yang lalu, Direktur Eksekutif CISS (Center Institute of Strategic Studies), M. Dahrin La Ode mencoba menguraikan tiga bagian penting sebelum peristiwa G30S/PKI 1965 itu terjadi.
“Pertama, PKI dalam rangka mempersiapkan diri merebut kekuasaan Soekarno. Disampingnya ada kekuatan lain yaitu militer. Antara PKI dan Militer (ABRI, red) pun bersaing untuk menjadi bagian dalam pemerintahan Soekarno,” terang Dahrin. kepada nusantaranews.co, Kamis (29/9).
Dipimpin Aidit, kata Direksi CISS, PKI terus melakukan upaya-upaya merebut pengaruh Soekarno. Aidit terus berusaha meyakinkan Soekarno bahwa PKI baik bagi bangsa Indonesia.
“Namun Militer juga berusaha meyakinkan Soekarno bahwa paham komunis tidak tepat untuk diterapkan di Indonesia, mengingat ada banyak agama di Indonesia. Kekuatan militer semakin besar dengan merapatnya Islam dan Kristen ke dalam barisan untuk melawan PKI yang ingin mengkomuniskan bangsa Indonesia,”
Kedua, lanjut Dahrin, keberadaan BAPERKI (Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia) sebuah organisasi massa yang didirikan pada suatu pertemuan di Gedung Sin Ming Hui di Jakarta pada 13 Maret 1954. Pertemuan ini dihadiri oleh 44 orang peserta, kebanyakan dari mereka merupakan wakil dari berbagai organisasi Tionghoa.
“Ketua Baperki yang terpilih saat rapat pembentukannya adalah Siauw Giok Tjhan, seorang wartawan dan aktivis politik pada masa itu. Siauw Giok Tjhan memiliki hubungan dekat dengan Soekarno dan Pimpinan Partai Komunis China Mao Zedong,” papar Dahrin
Seperti diketahui, Baperki untuk memuluskan integrasi keturunan China kepada Republik Indonesia dan pada awalnya memang tidak terafiliasi PKI atau komunis atau kiri. Namun seiring menguatnya hubungan PKI dengan Partai Komunis China maka pengaruh komunis di Baperki semakin kuat dan mencengkram Baperki, dan hal ini sesuai dengan ideologi Baperki yang menolak menghilangkan kebudayaan China dari warga negara Indonesia yang keturunan China.
“Siauw Giok Tjhan sebagai ketua Baperki setelah Baperki menjadi bagian dari PKI dan Partai Komunis China ialah mengkomuniskan rakyat Indonesia. Adapun 4 juta orang kader PKI itu adalah hasil dari pekerjaan Siauw Giok Tjhan,” lanjutnya.
Adapun bagian yang Ketiga menurut Dahrin ialah, posisi Ketua PKI, DN Aidit dan Ketua Baperki Siauw Giok Tjhan dimana semakin aktif berkomunikasi dengan Mao Zedong. Intensitas komunikasi mereka dalam rangka mengkomuniskan rakyat Indonesia melalui kudeta Presiden Soekarno.
“Secara teoritik, sebenarnya rencana kudeta tersebut disebabkan oleh ketidak-sabaran Aidit dan Siauw Giok Tjhan dalam proses mengkomuniskan seluruh rakyat Indonesia,” terang Dahrin.
Selanjutnya, papar Dahrin lagi, Militer waktu itu disebut dengan ABRI terus menaikan eskalasi. Dimana militer sama sekali tidak setuju dengan Soekarno yang lebih cenderung mendukung PKI. Sementara di sisi yang lain, Eskalasi PKI juga kian gencar ditujukan ke Soekarno melalui Pemilu dan Kudeta.
“Sebenarnya, pemimpin G30S/PKI adalah Mao Zedong melalui Aidit dan Siauw Giok Tjhan,” ungkap Dahrin. (Sulaiman)