NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Jenazah Presiden ke-3 Bacharuddin Jusuf Habibie telah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Kamis, 12 September 2019.
Sosoknya yang ramah, prestasinya di bidang teknologi yang mengharumkan Indonesia di dunia Internasional, juga dedikasinya untuk arah politik Indonesia abadi di sanubari dan hati bangsa Indonesia.
Sebelumnya, menerima kabar duka BJ Habibie telah wafat, Rabu (11/9) pukul 18:05, sastrawan Goenawan Mohamad (GM) sebagaimana anak bangsa yang lain ikut berduka atas kepergian sosok teladan sehebat Habibie.
“Ruhe, bitte in Frieden, Pak Habibie. Anda meninggalkan kami. Kami tak akan lupa: tak disangka-sangka tanah air telah anda buka ke jalan demokrasi,” tulis GM di akun twitter pribadinya @gm_gm seperti dikutip nusantaranews.co, Kamis (12/9).
Ruhe, bitte in Frieden, Pak Habibie. Anda meninggalkan kami. Kami tak akan lupa: tak disangka-sangka tanahair telah anda buka ke jalan demokrasi. pic.twitter.com/j9OIis5A3D
— goenawan mohamad (@gm_gm) September 11, 2019
Dalam kesaksiannya, GM mengatakan bahwa, setelah sejak “Demokrasi Terpimpin” Bung Karno dan pemerintahan “Orde Baru” Suharto kebebasan pers dikekang, di bawah kepemimpinan B.J. Habibie kebebasan dipulihkan kembali, seperti dalam Republik Pertama (1945-1958).
Tidak hanya itu, lanjut GM, ketika Habibie dilantik jadi presiden pilihan Suharto, dan demonstrasi besar memprotes.
“Tak dinyana, Habibie bukan boneka Suharto. Pelajaran dari sejarah: ketika iklim politik penuh curiga, kita terlalu mudah menghakimi,” ujar GM.
Pun ketika Habibie memimpin ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), kata GM lagi, banyak yang takut, atau sebaliknya berharap, mereka akan memberi hak istimewa kepada elite Muslim.
“Ternyata tidak. Habibie dan banyak tokoh ICMI adalah pendukung kebhinekaan,” tandas GM memberikan kesaksian tentang sosok pribadi Habibie dan kiprahnya untuk tanah air Indonesia tercinta. (red/nn)
Editor: Achmad S.