NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pengembang ide biodigester Anondho Wijanarko mengatakan program hibah pegabdian masyarakat Fakultas Teknik Universitas Indonesia berhasil menghadirkan biodigester skala rumah tangga untuk peternakan kecil dan menengah. Kata dia, diodigester ini telah dipasang di peternakan sapi di wilayah Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat.
Biodigester merupakan alat yang digunakan untuk mengubah limbah organik menjadi biogas. Biogas itu sendiri merupakan salah satu energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari mulai dari memasak hingga kebutuhan listrik.
Baca juga: UGM: Potensi Ekonomi Kotoran Sapi Rp64,3 Triliun Per Tahun
Mengingat banyaknya limbah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, khususnya di daerah peternakan, maka akan sangat bermanfaat jika limbah organik tersebut diolah menjadi produk yang bernilai, seperti biogas, dengan menggunakan alat berupa biodigester.
“Biodigester sederhana ini menjadi salah satu bentuk implementasi dari penelitian yang kami lakukan agar dapat berguna bagi masyarakat luas. Hasil dari biodigester ini adalah berupa biogas, jadi peternak dapat menghemat pengeluaran bahan bakar gas, karena diproduksi secara mandiri,’ ujar Prof Anondho kepada redaksi, Jakarta, Rabu (31/10/2018).
Baca juga: Menghasilkan Jamur Tiram Berkualitas dengan Memanfaatkan Limbah Unggas
Dia menjelaskan, diodigester yang telah dipasang di peternakan sapi milik Ahmad Sofyan itu dioperasikan dengan memanfaatkan kotoran sapi sebagai bahan baku. Dalam sehari, dengan jumlah sapi sebanyak 16 ekor, kotoran sapi yang dihasilkan dapat mencapai 400 kg/hari. Sebelum digunakan, kotoran sapi tersebut dicampur dengan air terlebih dahulu dengan perbandingan 1:1 untuk kemudian dimasukkan ke dalam biodigester.
Di dalam biodigester, kotoran sapi dikonversi menjadi biogas melalui proses fermentasi secara anaerobik selama kurang lebih 14 hari. Dengan input awal sebanyak 400 kg kotoran sapi, dan input harian sebanyak 20 kg kotoran sapi, maka biogas yang dapat dihasilkan mampu mencapai 1 m3/ hari.
Baca juga: Tanaman Lamtoro Diklaim Bisa Kikis Gas Rumah Kaca 21 Persen
Sebagai pemilik peternakan, Ahmad Sofyan mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada FTUI. “Terima kasih banyak kepada FTUI yang memberikan biodigester ini untuk peternakan saya. Alat ini akan membantu saya dalam mengolah kotoran sapi dari peternakan,” ucap Ahmad Sofyan.
Melalui energi terbarukan berupa biogas yang dapat dihasilkan menggunakan biodigester, hal ini dapat menjadi salah satu solusi permasalahan energi di masa saat ini. Telah menjadi masalah publik terkait minim dan sulitnya mencari bahan bakar. Belum lagi harga bahan bakar yang terus meroket.
Baca juga: Limbah Sawit Bisa Jadi Sumber Energi Terbarukan
Oleh karena itu, kata Anondo, inovasi berupa biodigester ini menjadi solusi yang bijak bagi para peternak untuk mewujudkan peternakan yang mandiri energi. Selain menghemat biaya bahan bakar, para peternak pun dapat memanfaatkan limbah atau kotoran ternak yang dihasilkan, sehingga tidak menumpuk sia-sia
Inovasi terus dikembangkan, kata dia. Biodigester yang dihasilkan Anondho dan timnya dapat memenuhi kebutuhan bahan bakar rumah tangga, seperti untuk keperluan memasak.
Baca juga: Kebijakan Pengelolaan Limbah Industri Tengah Digodok
“Alat biodigester ini telah teruji secara berkala, baik dari segi keamanan dan faktor operasinya. Tentunya, pengembangan performa dari biodigester ini akan terus dikembangkan agar mampu beroperasi lebih baik lagi dan semakin banyak tercipta peternakan yang mandiri energy,” jelasnya.
(anm/nvh/ns)
Editor: Gendon Wibisono
Baca juga: Daur Ulang Sampah dan Limbah Dibahas di Forum WEF Durban, Afsel