EkonomiMancanegaraPolitik

Benarkah Ekonomi Dunia Runtuh Bila Selat Hormuz Ditutup?

Benarkah ekonomi dunia runtuh
Benarkah ekonomi dunia runtuh

NUSANTARANEWS.CO – Benarkah ekonomi dunia runtuh bila Selat Hormuz ditutup? Harga minyak dunia kini merayap naik menyusul laporan Iran telah menembak jatuh sebuah drone pengintai Amerika Serikat (AS). Di Bursa Komoditas Tokyo harga minyak mencapai US$ 374 per kiloliter. Minyak mentah berjangka Brent naik menjadi US$ 63,88 per barel dan US$ 55,49 per barel untuk minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS.

Goldman Sachs memproyeksikan harga minyak dunia kemungkinan bisa mencapai US$ 1.000 per barel apabila Selat Hormuz di tutup. Angka ini, dikali 100 juta barel minyak yang diproduksi setiap hari, atau 45% dari US$ 80 triliun PDB global. Artinya efek penutupan selat itu akan membuat ekonomi dunia ambruk.

Dengan kata lain, bila Iran melepaskan “dua juta ranjau” menutup Teluk Persia – maka akan berdampak hancurnya ekonomi AS, meledakkan pasar derivatif bernilai kuadriliun dolar, menghancurkan sistem perbankan dunia, menghancurkan PDB Global US$ 80 triliun, dan mengakibatkan depresi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga:  Tiga Kader PMII Layak Menduduki Posisi Pimpinan DPRD Sumenep

Komandan Pasukan Elit Iran, Jenderal Qasem Soleimani, mengatakan bahwa AS tidak memiliki kemampuan militer untuk menjaga Selat Hormuz tetap terbuka. Soleimani dengan terbuka juga menyatakan bahwa Iran akan menutup Selat Hormuz jika negara itu dicegah untuk mengekspor dua juta barel minyak per hari yang sebagian besar ke Asia. Ekspor minyak Iran sebelum sanksi ilegal AS dan blokade mencapai 2,5 juta barel per hari, sekarang mungkin turun tidak sampai 500.000 barel per hari.

Bahkan sebelum pecah perang, Iran dapat menyatakan bahwa Teluk Persia dalam keadaan perang, dan menyatakan bahwa Selat Hormuz adalah zona perang, dan kemudian melarang semua lalu lintas militer dan sipil yang “bermusuhan” di separuh Selatnya. Jadi tanpa menembakkan satu peluru pun, Iran dapat membuat perusahaan pelayaran di muka bumi berpikir ulang untuk berlayar ke Teluk Persia.

Soleimani juga menegaskan bahwa rudal balistik Iran mampu menghancurkan kapal-kapal perang dan kapal induk AS yang berada di kawasan dengan presisi tinggi. Di samping itu Iran juga telah menggelar rudal anti kapal di seluruh perbatasan utara Teluk Persia.

Baca Juga:  Rezim Kiev Terus Mempromosikan Teror Nuklir

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Baqeri, secara to the point mengatakan: “Jika Republik Islam Iran berkehendak mencegah ekspor minyak dari Teluk Persia, tekad itu tentu akan direalisasikan dan diumumkan di depan umum.”

Intinya adalah tidak masalah bagaimana Selat Hormuz diblokir. Yang penting adalah hasil akhirnya, di mana penutupan aliran energi itu akan menyebabkan harga minyak dunia mencapai US$ 200 per barel, US$ 500 atau bahkan, US$ 1.000 menurut proyeksi Goldman Sachs.

Perairan teritorial Iran di Selat Hormuz berjarak 12 mil laut, di mana sejak tahun 1959, Iran hanya mengizinkan kapal non-militer melintasi Selat tersebut. Oman juga memiliki batas teritorial perairan 12 mil laut. Namun dengan bagian tersempitnya yang hanya selebar 21 mil laut, menunjukkan bahwa tidak ada perairan internasional di Selat Hormuz.

Bila terjadi perang terbuka AS-Iran, medan pertempuran tentu akan meluas mencakup kawasan regional Timur Tengah, bahkan mungkin meliputi belahan dunia lain dalam skala global – di mana seluruh kekuatan dan kepentingan AS akan dihancurkan, demikian pula Israel dan negara kompradornya.

Baca Juga:  Amerika Memancing Iran untuk Melakukan Perang Nuklir 'Terbatas'?

Iran sendiri sebetulnya telah menjalankan diplomasi rahasia yang secara diam-diam memberi tahu Uni Eropa – tentang kemampuan Teheran untuk menghancurkan seluruh ekonomi dunia. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,051