Cerpen

Ayah dan Dzikir, Cerpen Husnul Khatimah

cerpen husnul khatimah, husnul khatimah, ayah dan dzikir, cerpen indonesia, cerpen nusantara, cerpenis indonesia, cerpenis nusantara, nusantaranews
Dzikir. (Foto: IST)

Ayah dan Dzikir, Cerpen Husnul Khatimah

“Bukan hanya seorang ibu yang sangat berarti karena melahirkan
Tapi seorang ayah juga mempunya arti dalam kehidupan.”

Hari Jumat, di sebut sebagai hari Sayyidul Ayyam itu adalah hari yang paling di nanti nanti bagi kami para santri, bagaimana tidak, sebab di hari itu setiap wali santri akan datang menemui anak-anaknya “kereman” untuk melepas rindu.

Seperti biasa, siang itu aku sudah berdandan rapi dan berdiri di balik gerbang untuk menunggu orang tuaku berkunjung, tak jarang, aku harus berdiri lama dan berdesakan dengan santri yang lain di sini untuk bisa mencari mereka di tengah tengah padatnya wali santri yang berdatangan.

Beberapa lama kemudian, terlihat sepasang suami-istri yang tak asing bagiku tengah turun dari kendaraan dan menenteng beberapa tas yang berisi barang bawaannya. Yaaa mereka adalah orang tuaku, segera ku melambaikan tangan agar mereka bisa melihat keberadaanku, mereka pun menghampiriku, aku cium tangan mereka dengan penuh kasih sayang lalu ku ajak mereka untuk mencari tempat duduk. Mencium tangan kepada yang lebih tua saat bertemu adalah salah satu kewajiban kami khusunya santri, apalagi orang itu ada kedua orang tua.

“Gimana kabarnya, sehat?” ibuku memulai pembicaraan.

“Alhamdulillah sehat bu.” jawabku dengan senyum yang menawan

“Giman udah sholat?” ayahku menyambung pembicaraan

“Sudah tadi, berjamaah dengan santri yang lain.”

“Awas gak dzikiran dulu ya?” Ayahku mulai menggoda

“Dzikiran kok, malah udah di lamain dzikirannya” kataku dengan nada yang sedikit polos.

“Bagus, ingat ya nak, berdzikir itu jangan hanya di atas sejadah, karena percuma kalau setelah itu kamu sudah melupakan robbmu, dzikir itu harus fii kulli nafasin, jadi dimanapun kamu berada di situlah kamu harus selalu mengingatnya, berdzikir itu adalah salah satu cara mengingatNya dan kamu di ingatNya dan insyaallah jika kamu bisa melakukan ini dengan istiqomah Allah akan memberi kemudahan dalam setiap urusanmu, gimana siap melakukannya?” ayahku menjelaskan panjang lebar agar aku tidak lupa untuk selalu berdizkir.

“Iya ayah, insyaallah.” Aku mengiyakan perkataannya walaupun tak begitu bisa memahami. Maklum saat itu aku masih terlalu polos untuk bisa mengerti setiap perkataan ayah. Tapi meski begitu aku selalu berusaha melakukan apa yang telah ayah ajarkan padaku termasuk pelajaran yang satu ini.

Itulah sekilas tentang perbincanganku dengan ayah waktu itu, dan dari perbincangan itulah aku selalu bertekad untuk selalu mengingat Allah dengan situasi dan kondisi apapun. begitulah ayahku, dia selalu memberikan suguhan-suguhan yang luar biasa bagiku, aku juga tahu bahwa dalam setiap pandangannya beliau menyelipkan harapan besar di pundakku, bukan hanya seorang ibu, tapi ayah juga mempunya arti dalam kehidupan, terima kasih ayah telah mencintaiku melebihi apapun di dunia ini, mungkin di mata mereka ayah adalah orang yang lemah tapi di mataku engkau adalah sandaran yang selalu siap berdiri kokoh saat aku dalam keadaan tak berdaya. Semoga Allah mencintaimu yang telah mencintaiku karenanya.

 

 

Husnul Khatimah, Lahir di Sumenep 01 Februari 2001. Alumni MI Nurul Hidayah Tambaksari. Saat Ini Menempuh Sekolah Menengah Atas (SMA) di Sumenep.

 

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Related Posts

1 of 3,078