Ekonomi

Ancam Listrik Jawa-Sumatera, Menteri Jonan Diminta Antisipasi Penutupan Jalan Batubara Sumsel

Jaringan Kabel Listrik
Jaringan Kabel Listrik. (Foto: Ist)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) meminta Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengantisipasi rencana Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menutup akses jalan umum untuk transporasi batubara dalam waktu dekat. Sebagaimana diketahui dalam waktu dekat, Pemprov Sumsel berencana menutup Jalan Umum untuk transportasi batubara.

Rizal menilai kebijakan ini akan berdampak negatif terhadap industri listrik dan perekonomian lokal dan nasional. “Saya kira pemerintah pusat harus antisipasi rencana Pemprov ke depan. Sebab kerugian ekonomi dan dampak sosialnya akan besar sekali,” ujar Jubir APLSI Rizal Calvary di Jakarta dalam keterangannya, Jakarta, Selasa (30/10).

Rizal mengatakan, Sumsel akan merugi sebesar US$ 1,2 miliar atau Rp 18,3 triliun/tahun bila terjadi penutupan jalan untuk batubara. “Kerugian ini akibat dari berkurangnya 23 juta ton per tahun penjualan batubara Sumsel,” ucap dia.

Listrik Padam di Jawa

Rizal mengatakan, sebagian besar pembangkit listrik di Jawa dan Sumatera sangat tergantung pada pasokan batubara dari Sumatera Selatan. Sebab itu, bila pasukan batubara terganggu, akan memadamkan sebagian besar listrik di Jawa dan Sumatera. “Digabung seluruh Kalimantan pun, produksi batubara Sumatera Selatan yang terbesar. Sumsel memasok untuk sebagian besar pembangkit Sumatera dan Jawa,” ucap dia.

Baca Juga:  Bapenda Tulungagung Berikan Apresiasi Pada Wajib Pajak di TAX AWARD 2024

Rizal memaparkan, Sumsel merupakan lumbung energi nasional. Selain memperkuat cadangan devisa, Sumsel juga berperan dalam menjaga ketahanan energi nasional, utamanya ketersediaan listrik.

“Pada tahun 2018, total produksi batubara Sumatera Selatan diperkirakan sekitar 48,5 juta ton atau 9 % produksi nasional,” ucap Rizal.

Sebelumnya, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) B20 (biodiesel) dan menaikkan produksi batubara sehingga bisa meningkatkan ekspor nasional. Pada tahun ini Menteri ESDM menyetujui untuk menambah produksi batubara sebanyak 25 juta ton. Target produksi batubara tahun ini dinaikkan sebesar 485 juta ton. Dengan penambahan 25 juta ton, maka produksi batubara hingga akhir tahun dapat mencapai 510 juta ton. Dengan kenaikkan itu diproyeksikan akan terdapat tambahan devisa sebesar US$ 1,5 miliar.

Kredit Macet

Bagi sektor perbankan penutupan jalan batubara juga akan mengakibatkan kredit macet.”Yang berikut akan menganggu stabilitas perbankan nasional akibat meningkatnya kredit macet di sektor pertambangan batubara, sebab eksposur kredit di batubara mulai dari tambang, angkutan batubara (truck & tongkang), pelabuhan batubara dan sektor penunjang terkait,” papar Rizal.

Baca Juga:  LANAL Nunukan Berhasil Lepaskan Jaring Yang Melilit KM Kandhega Nusantara 6

Pewarta: Alya Karen
Editor: Gendon Wibisono

Related Posts

1 of 3,153