NUSANTARANEWS.CO – Amerika menyemai benih teroris di Suriah. Kepala Komando Pusat (Central Command) Jenderal Kenneth McKenzie telah memindahkan 500 tentara Amerika Serikat (AS) yang berada di tepi timur Sungai Eufrat dan di al-Hasakah untuk memperkuat posisi Deir Ezzor, provinsi yang kaya minyak di Suriah timur laut yang saat ini dikuasai oleh milisi bersenjata Kurdi dan Pasukan Demokrat Suriah (SDF) bentukan Washington.
Presiden Trump telah memerintahkan pasukan AS untuk menjaga ladang minyak yang kaya di kawasan itu. Sementara Pentagon menyatakan bahwa misi tersebut adalah bagian dari kampanye yang lebih luas untuk mengalahkan teroris? Departemen Luar Negeri AS bahkan telah memberikan dan tambahan sebesar US$ 50 juta kepada kelompok-kelompok hak asasi manusia Suriah untuk kepentingan “stabilisasi”.
Di lapangan, Jenderal McKenzie telah menlaksanakan perintah Gedung Putih dengan meningkatkan peralatan tempur termasuk kendaraan lapis baja untuk menjaga ladang minyak Deir Ezzor.
McKenzie menegaskan bahwa pasukan AS bersama pasukan proksinya SDF menduduki daerah kaya minyak itu adalah untuk menjaga kembalinya ISIS, bukan untuk memerangi aktor negara di kawasan itu (Iran, Suriah, dan Rusia) – namun pasukan AS akan membela diri jika diserang.
“Kami berada di sana untuk menghabisi ISIS, memburu sisa-sisa ISIS, dan untuk mencegah kembalinya sisa-sisa ISIS mengambil ladang minyak itu, kata McKenzie berdalih.
Menariknya McKenzie mengungkapkan bahwa bahaya yang mungkin timbul adalah akibat proses radikalisasi puluhan ribu teroris dan pengungsi dalam tahanan yang penuh sesak di kamp-kamp timur laut Suriah, baik perempuan meupun anak-anak, kata McKenzie lebih lanjut. “Itu sangat mengkhawatirkan saya, dan saya pikir itu salah satu ancaman terbesar yang kita miliki di Suriah.”
Terkait dengan itu, Pentagon juga telah merilis laporan mengenai kemungkinan kembali beroperasinya sisa-sisa teroris ISIS memanfaatkan kekacauan situasi akibat invasi militer Turki ke Suriah. Pentagon memperingatkan para sekutunya bahwa akan ada serangan baru terhadap Barat. Pihak intelijen militer bahkan telah mensinyalir terbangunnya jaringan kelompok teroris yang berusaha membebaskan puluhan ribu anggota keluarga mereka yang ditahan oleh SDF.
Seperti diketahui, akibat invasi militer Turki baru-baru ini ke Suriah timur laut telah menimbulkan kekacauan di wilayah tersebut, yang menyebabkan puluhan ribu tahanan teroris melarikan diri. Invasi militer Turki yang membabi buta telah menghancurkan infratruktur dan pemukiman, termasuk kamp-kamp tahanan teroris yang mengakibatkan ratusan ribu orang menjadi pengungsi. (Agus Setiawan)