NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai mengatakan Mama Yosepha Alomang adalah figur yang sangat sentral dalam mainstream utama civil society atau masyarakat madani di Papua. Pigai menilai, Mama Yosepha Alomang tak ubahnya seorang tokoh dan pemimpin dunia di mana perjuangannya membela kemanusiaan di tanah Papua, khususnya masyarakat di sekitar PT Freeport Indonesia.
Dalam sebuah artikel yang diturunkan Qureta 1 Januari 2018, Mama Yosepha menceritakan pahit getir perjuangannya membela hak-hak asasi manusia masyarakat Papua. Tak hanya itu, Wikipedia juga mengabadikan nama perempuan yang pernah mendapatkan pengakuan nasional dalam bentuk Penghargaan Yap Thiam hien pada 1999 dan Anugerah Lingkungan Goldman pada 2001 silam.
Dalam cuplikan wawancara Mama Yosepha dengan Qureta, dirinya mengisahkan tentang perjuangannnya di masa Presiden Soeharto, tepatnya pada 1994 silam. Pigai mengambil sedikit cuplikan dari hasil wawancara tersebut yang berbunyi “Namun, satu hal yang tidak ia duga adalah langkah Soeharto memerintahkan Wakil Presiden saat itu, Try Soetrisno untuk menemui dan membebaskannya. Keramahan dan upaya seperti itu, menurut dia, tidak ada di era Jokowi.”
Kalimat kedua, “Saya masuk tahanan tahun 1994. Itu Soeharto punya wakil yang datang menyelamatkan saya. Sekarang, apa yang dilakukan Jokowi? Apakah dia datang kepada para korban pelanggaran HAM Papua? Soeharto mungkin dia manusia, selamatkan saya melalui dia punya wakil. Bagaimana dengan Bapak Jokowi? Dia datang (ke Papua) pantau-pantau apa?.”
Dua kutipan tersebut kemudian ditanggapi dan ditambahkan Pigai, yang juga dikenal sebagai aktivis HAM yang cukup kritis.
“Catatan tambahan dari saya, Mama Yosepha Alomang adalah figur Mama yang paling sentral dalam mainstream utama civil society di Papua. Beliau nyaris dikenal tokoh-tokoh dan pemimpin dunia. Saya sudah katakan, Jokowi selesai di Papua,” kata Pigai melalui pesan singkat, Jakarta, Kamis (7/6/2018). (red/nn)
Editor: Banyu Asqalani