Mancanegara

Aksi Protes Jelang Referendum Konstitusi Chili

Aksi protes jelang referendum Konstitusi Chili.
Aksi protes jelang referendum Konstitusi Chili. Pemandangan dari udara aksi unjuk rasa peringatan satu tahun pemberontakan sosial di Chili, pada tanggal 18 Oktober 2020, jelang referendum konstitusi/Foto: AFP

NUSANTARANEWS.CO, Santiago – Aksi protes jelang referendum Konstitusi Chili. Rakyat Chili akan memberikan suara dalam referendum untuk menulis ulang konstitusi negara tersebut pada 25 Oktober 2020. Sebuah tuntutan utama yang telah diusung oleh para pengunjuk rasa sejak tahun lalu. Setelah kerusuhan berdarah, Presiden Chili Sebastian Pinera akhirnya menandatangani keputusan untuk mengadakan referendum pada 26 April 2020, namun ditunda hingga 25 Oktober 2020, karena adanya pandemi virus Corona.

Referendum tersebut, boleh dikatakan adalah sebagai konsesi utama pemerintah akibat kerusuhan sipil tahun lalu yang melumpuhkan negara berpenduduk 19 juta ini.

Kini, menjelang referendum, para pengunjuk kembali rasa turun ke jalan di Santiago pada hari Jum’at, 23 Oktober. Para pengunjuk rasa berkumpul di Plaza Italia di ibu kota negara itu, satu tahun setelah pecahnya protes massal pada 2019, yang menewaskan 30 orang dan ribuan lainnya terluka.

Baca Juga:  Penghasut Perang Jerman Menuntut Senjata Nuklir

Suasana demo begitu meriah dan sangat bersemangat, di mana para pengunjuk rasa memukul panci dan wajan dengan memainkan musik.

Meskipun dimulai dengan damai, protes berubah menjadi kekerasan ketika terjadi pembakaran dua gereja. Salah satunya adalah gereja Iglesia de la Asuncion di Santiago. Ada juga laporan tentang pengunjuk rasa yang membakar gereja milik polisi militer, namun hal ini segera dapat dikendalikan.

Pemerintah mengerahkan sekitara 400.000 petugas polisi di seluruh negeri untuk mengantisipasi kemungkinan aksi protes di kota-kota lain.

Referendum tersebut rencananya akan membatalkan konstitusi yang berlaku di bawah kepemimpinan Augusto Pinochet. Selain itu, aksi unjuk rasa yang dimulai pada 18 Oktober tahun lalu itu, juga menyerukan reformasi sistem pensiun, perawatan kesehatan, dan pendidikan.

Banyak pengunjuk rasa pada hari Minggu mengenakan topeng, namun banyak juga terlihat berdiri berdekatan meningkatkan kekhawatiran baru tentang potensi penyebaran wabah.

Presiden Sebastian Pinera, yang popularitasnya anjlok akibat aksi untuk rasa, menyerukan kepada kerumunan massa untuk tetap damai dan menjaga jarak sosial. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,049