Puisi Arif Tunjung Pradana
Ada Bunga Layu di Halaman Kita
Ada bunga layu di halaman kita, ia menduduki matahari
yang menanggalkan sinarnya pada kayu pohon-kering
Di sela-sela jari bunga, ada helaan nafas dalam memori
memahat empat mata angin yang melukainya
Burung mencoba merapikan empat mata angin yang berserakan,
ia menatanya dalam setiap jeda dan setiap seka matanya.
Aku meringkuk dalam kepalan Tuhan,
merupa wajah anak kecil dengan sejuta pengharapan
dengan mata penuh luka lebam.
Wonogiri, 17 September 2017
Mencintai Hal-hal Kecil
Aku mencintai hal-hal kecil. Percakapan pagi hari dengan penuh tawa dan toleransi yang diaduk dalam secangkir kopi. Saling memanggil-manggil namanya sendiri dalam doa menjelang subuh. Nafasmu berhamburan dalam udara pagi, matamu mendadak bertebaran keseluruh bumi. Kau begitu gaib.
Aku sering sendirian di balik lindap jendela penuh dengan terpaan kabut, yang merusak pandanganku di sela-sela letupan kopi dan tafsiran pribadi tentangmu. Kau terlibat dalam setiap pejaman mata, helaan nafas, dan rindu yang begitu kekal dalam beberapa larik doa.
Wonogiri, 17 September 2017
Arif Tunjung Pradana, lahir pada tanggal 16 Juli 1997. Mahasiswa Universitas Sebelas Maret, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, program studi Bahasa Indonesia.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]