Politik

Hasil Survei LSI Denny JA Sangat Mungkin Diisi Penulis Survei Sendiri!

Lingkaran Survei Indonesia (LSI)
Lingkaran Survei Indonesia (LSI). (Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Hasil survei LSI Denny JA menyebut tak satu pun aspek yang membuat pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno unggul dalam kontestasi Pemilihan Presiden 2019. Survei paling anyar LSI Denny JA ini lantas menuai kritik dan sorotan tajam lantaran dianggap tak masuk akal dan berpotensi membohongi publik.

Terkait elektabilitas dua pasangan capres-cawapres 2019, LSI Denny JA menempatkan Jokowi-Ma’ruf dengan elektabilitas sebesa 52,2 persen, Prabowo-Sandi 29,5 persen dan 18,3 persen lainnya responden tak memilih keduanya alias golput.

Hasil survei semakin menohok ketika LSI Denny JA menyebut Jokowi-Ma’ruf unggul dalam enam segmen di antaranya pemilih muslim, pemilih non muslim, pemilih wong cilik, pemilih emak-emak (perempuan), pemilih kaum terpelajar dan pemilih milenial. Dari semua segmen itu, pasangan Prabowo-Sandi tidak ada yang unggul, menurut survei LSI Denny JA.

Lantas bagaimana pendapat publik terhadap hasil survei yang dilakukan dalam waktu singkat tersebut?

Diketahui, survei LSI Denny JA dilakukan dalam rentang waktu yang sangat singkat, 12-19 Agustus 2018. Menggunakan multistage random sampling dan margin of error sekitar 2.9 persen, respondennya sebanyak 1200 orang. Hasil survei diumumkan pada 20 Agustus 2018.

Baca Juga:  Hasto: Wajibkan Cakada dari PDIP Wajib Menang di Pilkada Jatim

Menurut pengamat politik Muchtar Effendi Harahap, hasil survei LSI Denny JA ini tak masuk akal alias palsu dan sangat mungkin berbohong secara metodologis.

Pertama, waktu pengumpulan data sejak deklarasi capres-cawapres hanya 7-8 hari atau sekitar seminggu. Secara metodologis, masih ada kegiatan kompilasi data dan analisis data. Jika survei benar, masih dibutuhkan sekian hari untuk survei 20% terhadap responden terpilih untuk cheking kebenaran kerja tim surveyor di lapangan. Seminggu pasti tidak cukup waktu memenuhi syarat metodologis untuk survei opini publik atau polling nasional. Jadi, mustahil. Kecuali dikerjakan hanya di kamar komputer sendirian, alias fiksi.

Kedua, LSI Denny JA mengaku waktu survei pada akhir Agustus. Padahal pengumumannya terjadi pada 20 Agustus, belum akhir Agustus. Mustahil lagi!

Ketiga, pada Mei 2018 LSI Denny JA klaim telah survei dgn hasil elektabilitas Jokowi 46%. Lalu, Juli 2018 klaim buat lagi, survei ekektabilitas Jokowi naik lagi menjadi 49,30%. Kini 20 Agustus umumkan naik lagi menjadi 52,2%. Sangat unik dan tak lazim karena kebanyakan lembaga survei klaim selama 2018 elektabilitas Joko terus menurun hingga di bawah 40%.

Baca Juga:  DPRD Nunukan Gelar Paripurna Penyampaian Nota Ranperda APBD Tahun 2025

Kemudian, Litbang Kompas mengklaim elektabilitas Jokowi justru naik, sama dengan LSI Denny JA, dari 42,5% (April 2015) ke 55,9% ( April 2018).

Muchtar mengungkapkan dari sejumlah survei, hanya dua lembaga ini yang mengklaim elektabilitas Jokowi meningkat dan di atas 45%. LSI Denny JA dan Litbang Kompas. Sungkatnya, hanya dua lembaga itu berani mengklaim elektabilitas Jokowi meningkat.

Tiba-tiba kini elektabilitas Jokowi sudah 52,2% versi LSI Denny JA. Artinya, ada kontribusi Ma’ruf Amin selaku cawapres Jokowi sekitar 2%. Padahal, kata dia, pengaruh Ma’ruf terhadap kenaikan elektabilitas Jokowi sangat kecil, jika tak boleh dinilai tidak ada, karena jeruk makan jeruk Jokowi memilih Ma’ruf jadi cawapres.

Hasil polling sejumlah lembaga via media sosial Jokowi-Ma’ruf segera setelah deklarasi membuktikan hal itu. Lalu, dari mana datang angka 52,2% itu? Sangat mungkin dari penulis hasil survei LSI Denny JA itu sendiri. (bya/alya/gdn)

Editor: M Yahya Suprabana

Related Posts

1 of 3,064