Politik

Fahri Hamzah Sarankan Jokowi ‘Ngantor’ ke Pulau Seribu

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Menanggapi pertanyaan alasan Indonesia masih impor garam, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah dalam video singkat yang ia unggah di akun instagramnya, Sabtu, 20 Januari 2018 menuding jika presiden Jokowi kurang paham dengan konsep poros maritim.

“Ini salah satu kritik saya kepada pak Jokowi. Dulu saat beliau pidato tentang poros maritim dan konsep negara maritim, saya kaget karena saya menganggap ini luar biasa, karena ini ide besar,” kata Fahri Hamzah.

“Tapi sayangnya dia ngantor di gunung di Bogor, dia jarang ke laut. Dia kurang mengerti isu-isu kelautan kita,” sambungnya.

Padahal, lanjut politisi PKS tersebut, Indonesia memiliki luas lautan mencapai 75% sendiri dari total luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Seharusnya kalau beliau komitmen dengan poros maritim, harusnya dia ngantornya itu di Pulau Seribu. Atau kalau mau nyari ibukota baru itu jangan nyari daratannya yang banyak, seperti kalimantan. Nyarinya itu di kepulauan. Bikin ibukota itu yang di Kepulauan Maluku, di Bali di Nusa Tenggara,” terangnya.

Baca Juga:  KPU Nunukan Lakukan Pelipatan Surat Suara Pilkada 2024

Badan Informasi Geospasial (BIG) menyebutkan, total panjang garis pantai Indonesia adalah 99.093 kilometer. Ini data terbaru yang dirilis Tim Kerja Pembakuan Nama Pulau, Perhitungan Garis Pantai dan Luas Wilayah Indonesia. Sementara itu, Indonesia sedikitnya memiliki 13.466 pulau. Dan Indonesia adalah negara maritim atau negara kepulauan terbesar di dunia.

Meski demikian, Pengamat Ekonomi Indonesia dari UI, Faisal Basri di Jakarta, pada 26 September 2016  pernah mengatakan, jika panjang garis pantai ternyata tidak serta merta bisa menjadi patokan produksi garam.

Ada beberapa indikator lain yang masuk ke dalam proses produksi garam. Oleh karena itu, Faisal Basri meluruskan pemikiran bahwa dengan garis pantai yang panjang, Indonesia seharusnya mampu swasembada garam.

Sebagai informasi, kebutuhan garam nasional setiap tahun sebesar 4,3 juta ton. Di dalamnya mencakup garam industri dengan kadar Natrium Klorida (NaCl) di atas 97 persen dan garam konsumsi dengan kadar NaCl di bawahnya.

Baca Juga:  AHY Pimpin Kemenko Infra, Inilah Keuntungannya Buat Demokrat

Sementara, sebanyak 1,8 juta ton di antaranya dipasok dari dalam negeri. Di tambak milik PT Garam di Sumenep, misalnya, produksi garam pada Mei-Juni hanya 50 ton, anjlok dibanding angka biasanya yang mencapai 2.500 ton. Produksi garam konsumsi tahun 2016 sebesar 144.000 ton tak cukup guna memenuhi kebutuhan nasional. (*)

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 35