Puisi

Dua Puisi Menyentuh Fahri Hamzah untuk Mahasiswa dan Wamena

fahri hamzah, garbi, kegelisahan, nusantaranews
Fahri Hamzah. (Foto: Instagram/Fahri Hamzah)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Politisi Fahri Hamzah membuat setidaknya dua buah puisi terkait situasi terkini Indonesia. Dua buah puisi ini merupakan respon Fahri terkait aksi demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan di Wamena, Papua.

Dua puisi Fahri diunggahnya ke sejumlah akun media sosial pribadinya. Puisi pertama ditujukan kepada mahasiswa Indonesia.

Sedangkan puisi kedua didedikasikannya kepada Wamena.

Baca juga: Fahri Hamzah: Masih Ingat Narasi dalam Novel Ghost Fleet yang Diangkat Pak Prabowo?

Berikut bunyi dua puisi Fahri tersebut.

Doakan Adinda

Istirahatlah adinda….
Masa depan adalah mimpimu…
Simpan tenagamu….
Ada masa kita bertempur…
Pada perang kita…
Yang suci…

Karena aku meneteskan air mata,
Apabila kau terluka…
Tertusuk rasanya dadaku…
Berdarah pada lukaku…
Kau adalah hari depanku…
Masa depan dunia kita..
Yang akan kita jaga…

Aku adalah rerumputan yang kau injak… tak mengapa..
Aku adalah penanda dan marka jalan yang kau singkirkan…
Tak mengapa..
Aku terima menjadi pelana.. bagi kudamu yang terbang membawa harapan…
Naiklah… bawa mimpimu serta…

Dinda,
Aku tidak merasa kuat..
Jika melihatmu ada dalam sengketa para RAJA dan DURJANA..
Kau bertempur untuk mereka dan kau terluka..
Aku tidak terima…
Aku meredam pilu nestapa..
Aku memberi tanda…
Aku memberi isyarat…
Apakah kau baca?

Adinda, kau marah?
Marahlah lagi padaku..
Makilah aku…
Puaskan dirimu…
Aku takkan luka..
Aku rela..
Demi rasa kecewamu…
Marahlah…
Katakan yang ingin kau katakan sepahit apapun aku akan telan…
Tapi jangan kau rusak milik orang..
Marahlah padaku…
Aku terima!

Istirahatlah Adinda..
Simpan tenaga..
Karena kita akan memilih musuh bersama.. yang sebenarnya…
Bukan saudara kita..
Jangan kawan kita…
Jangan bangsa kita…
Jangan..

I love you Dinda…

Ya Allah,
jagalah tunas bangsaku..
Dari kehancuran dan kerusakan…
Jadikan mereka harapan..
Hindarkan mereka dari kerusakan yang mereka tidak mengerti…

Ya Allah…
Aku serahkan kezaliman yang tak sanggup kami hadapi kepada-Mu
Bantulah kami…
Wahai yang menguasai alam semesta..

Mari kita doakan Adinda.

Air Mata untuk Wamena

Wamena,

aku berdoa untukmu…
Peluklah kembali saudara..
Jangan ada luka dan airmata..
Wamena..
aku pernah menyeruput kopi di rumahmu..
Menyantap papeda…
Dan menghirup udara segar di kaki Jayawijaya… bahkan pada ketinggian yang dipenuhi hujan salju.
Wamena.
aku menangis.

Wamena,
Tidakkah semua ini kenyataanmu dan aku? Sudah lama… aku memelukmu..
Tidakkah kita bisa menerima?
Di bawah kulitmu dan kulitku ada darah berwarna merah…
Dan seterusnya ada tulang berwarna putih…
Wamena,
Aku tak pernah meragukanmu…
Mengapa engkau gelisah?

Wamena,
Tidak boleh ada yang pergi,
Tak boleh ada yang mengungsi dari negeri sendiri…
Maka,
Aku memohon padamu..
Wamena,
Tenanglah..
Kembalilah tenang…
Hapuslah air mata..
Jangan ada tangis dan luka..
Aku menangis untukmu..

(ach/sld)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,073