NUSANTARANEWS.CO – Suatu ketika Alexander the Great berkata. Saya tak takut dengan barisan singa tapi dipimpin oleh seekor domba. Saya hanya takut dengan kawanan domba tapi dipimpin oleh seekor singa.
Apakah Idrus Marham seekor domba atau seekor singa? Itulah yang pertama kali saya renungkan setelah mengetahui hasil rapat pleno DPP Golkar, selasa 21 Nov 2017.
Rapat itu selesai lebih cepat dibanding dengan yang banyak diduga kalangan luar. Sekali lagi Ini menjadi bukti kemampuan elit partai ini dalam management konflik dan mencari kesepakatan (elite settlement).
Idrus Marham ditunjuk menjadi PLT Ketua Umum Golkar. Idrus yang akan memimpin Golkar sampai ada Munas atau Munaslub berikutnya.
Pertanyaannya, seberapa mampu Idrus membawa partai ini berjaya kembali? Seberapa komplet jurus pencak silatnya mencegah Golkar tidak merosot hanya menjadi partai nomor 3 atau nomor 4 atau nomor 5, yang pertama kalinya dalam sejarah? Seberapa tinggi makomnya untuk membawa Golkar bahkan menjadi partai terbesar kembali?
Apakah Idrus seekor domba atau seekor singa?
***
Saya sudah mengenal Idrus Marham sejak tahun 2004. Saat itu bahu membahu kami membantu SBY agar menang dalam pilpres 2004. Itu masa ketika posisi SBY masih underdog melawan capres yang powerful Megawati. Kami tersenyum bersama berhasil ikut membantu SBY menjadi presiden pertama yang dipilih langsung.
Secara On and Off saya terus berkomunikasi dengannya hingga saat-saat menjelang sidang pleno DPP, yang kemudian menyetujuinya menjadi PLT ketua umum.
Ada tiga kekuatan Idrus yang jarang dimiliki oleh politisi lain. Tiga tiganya ada dalam satu pribadi.
Pertama, Idrus menunjukkan jejak sebagai politisi yang sangat berdedikasi dan berani berkorban untuk pimpinan dan tata tertib partainya.
Ketika ia menjad sekjen Aburizal Bakrie, ia tolak untuk maju menjadi calon legislatif. Ia ingin total berikan waktu untuk tugas sekjend mensukseskan ARB dan Golkar. Ketika ARB goyah paska kalah dalam pertarungan pilpres 2014, dan Golkar pecah dua. Ia termasuk yang lantang berdiri di samping ARB.
Ketika menjadi sekjend Setia Novanto, kesetiannya dan pengorbanannya untuk pemimpin kembali teruji. Kala begitu banyak tokoh pro Setnov balik badan, Idrus setia menemani dan tidak menghianati Setnov hingga detik detik terakhir Setnov menjadi tawanan KPK.
Ia terima semua resiko akibat ia membela tertib organisasi dan asas praduga tak bersalah. Tak heran, Setnov akhirnya lebih mempercayai Idrus untuk melanjutkan kepemimpinqn ketika Setnov berhalangan.
Kedua, idrus juga tipe politisi yang disebut “coalition builder.” Berbeda dengan partai lain yang tersentral pada satu figur besar, Golkar terfragmentasi kepada aneka “kubu dan kepala sukunya masing masing.”
Idrus tekun dan rajin mendatangi aneka faksi dan para senior, mendengarkan saran. Dari aneka kunjungan itu, ia sekaligu melobi mencari titik kompromi yang paling optimal untuk “elite settlement.” Tidak heran jika rapat pleno DPP yang dihadiri banyak kubu tak memerlukan waktu lama menyepakati Idrus menjadi PLT Ketum.
Ketiga, Idruspun seorang visioner dan konseptua. Namun ia juga punya instink ketajaman ahli strategi, untuk membaca keadaan dan mencari solusi. Ia menguasai kaedah akademik, buah pendidikan doktor ilmi politik yang diperolehnya secara Cum Laude.
Namun ia juga politisi yang sudah kenyang dicuci di jalan, menapak dari bawah, harus mengambil keputusan cepat agar survive dan tumbuh.
Sejak tahun 2003 sampai 2017, saya sudah berjumpa dan bicara 4 mata dengan semua politisi yang malang melintang. Saya sudah ikut memenangkan 3 kali pemilu presiden, 32 gubernur dan 87 bupati/walikota.
Idrus Marham termasuk politisi yang jarang. Ia padukan kekuatan visioner dan ketajaman seorang political strategist.
Tiga kekuatan itu yang membuat Idrus Marham tumbuh menjadi politisi dengan jenis yang agak langka.
Seandainyapun ada kekurangan Idrus untuk memimpin partai, itu soal akses kepada dana besar. Berbeda dengan JK, ARB atau Setnov, Idrus belum sempat tumbuh menjadi orang sangat kaya, yang bisa ikut membangun partai dengan dananya pribadi.
***
Mampukah Idrus Marham sebagai PLT Ketum mengantar Golkar berjaya kembali? Idrus memiliki kualifikasi yang dibutuhkan untuk sukses memimpin partai besar.
Sisanya hanyalah ia harus membawa aroma baru atau branding baru Partai Golkar. Ia hanya perlu didampingi oleh konsultan politik yang sangat berpengalaman, dan akses pada dana besar.
Awal segalanya konsolidasi partai Golkar sendiri. Dalam waktu cepat ia harus menemukan titik tengah yang membuat aneka faksi di Golkar merasa terakomodasi. Ini menjadi test pertama Idrus Marham.
Saya ucapkan selamat kepada teman Idrus Marham. Ini momen yang tak datang dua kali. Buatlah legacy. Apa yang baik buat Indonesia, baik untuk Golkar. Apa yang baik untuk Golkar, baik pula untuk PLT ketumnya.
Penulis: Denny JA