NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Dalam rangka mengantisipasi persaingan global yang ditandai dengan menguatnya the war of witz yang disalurkan pada hard power Cina dan Korut Komunis, Indonesia nampaknya perlu untuk mempersiapkan kemampuan hard power. Tujuannya tak lain adalah untuk kepentingan membentengi diri agar bisa selamat dari ancaman global.
Menurut Direktur Eksekutif Center Institute of Strategic Studies (CISS) M. Dahrin La Ode untuk membentengi dari ancaman global, pertama kata dia, Indonesia perlu membangun ketangguhan soft power yakni pembentukan 100 juta kader Bela Negara sesuai dengan kebijakan Mentreri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu.
Landasan ketangguhannya lima nilai tataran dasar Bela Negara yakni; cinta tanah air; sadar berbangsa dan bernegara; yakin pada Pancasila sebagai ideologi negara; rela berkorban untuk bangsa dan negara; memiliki kemampuan awal Bela Negara.
Bandingkan dengan Israel yang hanya memiliki 8,9 juta kader Bela Negara tidak pernah kalah dalam perang dari tahun 1967 hingga terakhir melawan Hizbollah pimpinan Nasrallah beberapa tahun belakangan.
Kedua lanjut Dahrin, Indonesia harus meningkatkan anggaran Pertahanan Negara antara 2,5% -3,5% dari GDP. Anggaran itu untuk pengadaan alutsista antara lain 12 buah kapal selam; 16 buah Destroyer, 16 buah Frigate, 100 buah pesawat tempur; 3.000 buah Main Bettle Tank (MBT), dan 10 buah THAAD untuk ditempatkan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Nusa Tenggara.
Langkah yang ketiga, pembangunan kesejahteraan prajurit TNI. Keempat, membuka hubungan diplomatik dengan Israel sebagai perwujudan amanat pembukaan UUD 1945 dan diplomasi percepatan kemerdekaan Palestina.
Kelima, meminta kerelaan 100 juta kader Bela Negara untuk menyisihkan penghasilannya Rp. 5.000/hari selama 36 bulan melalui pembelian BBM sesuai jumlah konsumsi BBM nasional 1,25 juta barel perhari.
“Ini sangat penting untuk mengantisipasi kemungkinan perang antara Aliansi suci (Holy Alliance) dari Amerika Serikat dengan Aliansi Iblis (Devil Alliance) Cina Komunis. Dengan begitu maka konsistensi TNI dan antisipasi persaingan global dapat diatasi secara maksimal oleh Indonesia,” pungkasnya.
Pewarta/Editor: Romandhon