NusantaraNews.co, Jakarta – Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia) Mirah Sumirat bersaksi dengan mata kepalanya sendiri bahwa dirinya melihat jalan tol di Beijing tidak memberlakukan otomatisasi 100%. Akan tetapi tetap mempekerjakan manusia dan menyediakan akses tunai yang lebih banyak dibanding non tunai.
“Gardu tol di China baru 20% yang diotomatisasi melalui Alipay (red: uang elektronik di China), sedangkan 80%-nya masih memberlakukan transaksi tunai,” tutur Mirah Sumirat saat melakukan audiensi dengan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BKPN), Senin (2/10/2017) kemarin.
Cerita Mirah tersebut berdasarkan pengalamnya sendiri ketika ia menghadiri kegiatan “UNI High-Level Delegation to China – Dialogue between ACFTU & UNI” pada tanggal 20-24 September 2017 di Beijing China. ACFTU adalah Konfederasi Serikat Pekerja China.
Dan kepada salah satu pejabat yang menerima Mirah saat audiensi seperti Arief Safari, Atih Surjati, Bambang Sumantri dan lain-lain, Mirah bertanya perihal kenyataan di Cina yang tidak memberlakukan otomatisasi 100%.
Mirah pun terkejut dengan jawaban salah satu pejabat BKPN yang menyatakan, “jika semua diotomatisasi, bagaimana nasib 1,3 milyar penduduk China yang masih membutuhkan pekerjaan dan penghasilan?”.
Di saping itu, Mirah mengungkapkan, selama ini berbagai pihak di Pemerintah Indonesia selalu mengatakan bahwa di negara-negara lain semua jalan tol sudah otomatis.
“Informasi yang dihembuskan oleh Pemerintah ternyata tidak benar. Karena faktanya di Cina, Malaysia, Amerika dan lain sebagainya, tidak diberlakukan 100% otomatisasi dengan pertimbangan perlindungan tenaga kerja dan perlindungan konsumen,” tukas Mirah dalam audiensi terkait penolakan ASPEK Indonesia dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) terhadap rencana Pemerintah yang akan memberlakukan Gardu Tol Otomatis (GTO) 100% di seluruh jalan tol yang ada di Indonesia tersebut.
Pewarta/Editor: Ach. Sulaiman