NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Bentrokan bersenjata antara kelompok militan ARSA dan militer Myanmar pada akhir Agustus 2017 lalu di kawasan utara Rakhine State, Myanmar, memaksa ratusan ribu masyarakat dari etnis Rohingya meninggalkan kampung halaman mereka menuju Bangladesh. Hingga saat ini, tercatat 420.000 jiwa pengungsi dari komunitas Rohingya yang menempati pinggiran perbatasan Bangladesh. Gelombang pengungsi tersebut semakin menambah besar jumlah pengungsi sebelumnya yang sudah berjumlah 400.000 jiwa dan berada di sekitar wilayah Cox’s Bazar. Situasi ini menyebabkan kondisi para pengungsi sangat memprihatinkan. Banyak sekali pengungsi yang belum mendapatkan tempat pengungsian, kekurangan makanan, pakaian, air dan kebutuhan dasar lainnya.
Oleh karena itu pada hari Sabtu 23 September 2017, Nahdlatul Ulama (NU) memberangkatkan Tim Kemanusiaan tahap-1 untuk menjalankan misi kemanusiaan di Bangladesh. Selama di Bangladesh, tim ini bertugas untuk mendistribusikan bantuan kemanusiaan yang pada tahap awal ini fokus pada penyediaan makanan kepada para pengungsi Rohingya di Bangladesh.
Menurut M. Wahib, Koordinator Tim Kemanusiaan NU dan Aliansi Kemanusiaan Indonesia bersama mitra lokal di Bangladesh, yang akan bertugas selama 12 hari ini selain akan mendistribusikan bantuan, mereka juga akan melakukan assessment atau kajian mendalam untuk acuan dalam penyusunan program bantuan kemanusiaan jangka panjang kepada para pengungsi masyarakat Rohingya di Bangladesh.
Selanjutnya, setelah tim tahap-1 berakhir masa tugasnya, diperkirakan pada awal Oktober nanti, NU akan kembali mengirimkan bantuan kemanusiaan dan juga tim untuk melanjutkan misi kemanusiaan membantu komunitas Rohingya di Bangladesh. Pada tahap kedua dan selanjutnya, Tim Kemanusiaan NU akan kembali mendistribusikan makanan, ditambah shelter (hunian) dan hygiene kits. Selain itu, NU juga akan menurunkan tim medis untuk memberikan layanan kesehatan bagi para pengungsi dan memberikan bantuan nutrisi bagi balita di lokasi pengungsian di Bangladesh.
Seluruh kegiatan kemanusiaan NU untuk masyarakat Rohingya di Bangladesh dilaksanakan bersama dengan Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) sebagai wadah bagi lembaga-lembaga kemanusiaan di Indonesia yang memiliki concern yang sama untuk membantu masyarakat Rohingya. AKIM yang sebelum kejadian akhir Agustus yang lalu telah berkomitmen untuk melaksanakan program bantuan kemanusiaan di Rakhine State, Myanmar, saat ini juga sedang dan akan melaksanakan program bantuan kemanusiaan di Bangladesh bersama seluruh anggotanya termasuk NU dengan label Indonesian Humanitarian Indonesia (IHA). IHA saat ini sedang merumuskan program bantuan kemanusiaan jangka panjang yang akan dilaksanakan di Bangladesh untuk membantu etnis Rohingya di sana.
Seluruh dana bantuan kemanusiaan NU untuk Rohingya baik yang akan didistribusikan di Myanmar maupun Bangladesh diperoleh dari donasi warga NU dan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia yang dihimpun melalui NU Care-LAZISNU dan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) yang hingga saat ini masih menerima bantuan melalui rekening donasi. Dalam kaitan tersebut, M. Ali Yusuf, Ketua LPBI NU yang juga Ketua Pelaksana Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada masyarakat dan seluruh pihak yang telah memberikan bantuan. Bantuan tersebut sangat bermanfaat akan didistribusikan kepada masyarakat Rohingya baik yang ada di Myanmar maupun di Bangladesh.
Krisis Rohingya diketahui telah menjadi keprihatinan global menyusul operasi pasukan keamanan Myanmar pada 25 Agustus lalu. Operasi perburuan militant ARSA itu telah menciptakan tragedi kemanusiaan paling memilukan dan telah menelan ratusan nyawa tak berdosa karena kekerasan. Pemerintah Myanmar kini tengah menghadapi tekanan serius dari dunia internasional, termasuk dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menjadikan tragedi kemanusiaan di Rakhine State sebagai bahan pembahasan di Sidang Tahunan Majelis Umum PBB di New York.
Penulis: M. Ali Yusuf dan M. Wahib / Editor: Eriec Dieda