SportTerbaru

Kegagalan SEA Games 2017 dan Revolusi Mental Jokowi

NUSANTARANEWS.CO, JakartaPerolehan medali tim Indonesia di ajang SEA Games 2017 Kuala Lumpur adalah fakta yang tidak dapat dipungkiri, apalagi dibantah. Kengototan Presiden Joko Widodo agar Indonesia menjadi juara umum seperti ditargetkannya hanya tinggal harapan. Padahal, Menpora Imam Nahrawi jauh-jauh hari sudah memperingatkan bahwa SEA Games kali ini Indonesia realistis saja.

Terlepas ada aroma kecurangan dalam sejumlah cabang, Takraw misalnya, sebagai tuan rumah Malaysia sangat diuntungkan dalam ajang ini. Lalu di mana letak permasalahannya?

Baca juga: Pertama Kali Dalam Sejarah, Indonesia Catatkan Prestasi Terburuk di Sea Games

Rasa-rasanya sudah berulangkali diingatkan, bahwa mentalitas pemain menjadi salah satu faktor penentu dalam menghadapi pertandingan. Lalu sudah sejauh mana jargon revolusi mental Joko Widodo yang diketahui jargon itu mengantarkan dirinya ke puncak kepemimpinan nasional pada Pilpres 2014 lalu?

Sejauh ini, Menpora mengungkapkan salah satu masalahnya terdapat pada keterlambatan dan kekurangan dalam hal penyelesaian akomodasi dan honor. Maklum, pembiayaannya hanya bertumpu pada anggaran negara. “APBN harus menyesuaikan dengan aturan kaidah adminitrasi hukum yang pasti, sementara olaharaga dalam struktur pembiayaan olehraga itu butuh fleksibilitas, dinamika yang muncul selalu cepat,” kata Menpora, Kamis (31/8).

Bagaimana pun, olahraga adalah soal harga diri bangsa. Seperti disinyalir mantan politisi senior, Habil Marati bahwa secara empiris tim nasional harus dibentuk oleh karakter penduduk bangsa Indonesia berdasarkan karakter kedaerahan masing-masing. Pembentukan karakter atlet Indonesia jangan sampai keluar dari jati diri bangsa Indonesia yang menjadi karakter dasarnya.

Baca Juga:  Tak Beretika, Oknum Polisi Polda Metro Jaya Masuk Kamar Ketum PPWI Tanpa Izin

Dengan kata lain, mentalitas pemain adalah faktor utama dalam menghadapi pertandingan-pertandingan internasional seperti SEA Games. “Kita harus bekerja sama satu sama lain,” tegas Menpora lagi.

SEA Games 2017 di Kuala Lumpur telah usai. Hasilnya membuat terperangah. Jumlah masyarakat Indonesia adalah separuh dari penduduk ASEAN, tetapi kalah dengan negara sebesar Singapura. Hasil akhir klasemen Indonesia hanya mampu finis di urutan kelima perolehan medali dengan rincian; 38 medali emas (gold), 63 medali perak (silver) dan 90 medali perunggu (bronze). Sehingga total medali sebanyak 191.

Singapura memang hanya mampu meraup total 188 medali. Tetapi medali emas mereka unggul 19 di atas Indonesia yakni 57 medali emas.

Baca juga: Impor Gas Singapura, Pemerintah Dianggap Abnormal

Boleh saja diklaim perolehan medali Indonesia unggul dari Vietnam dan Singapura yang masih-masing menduduki posisi tiga dan empat klasemen akhir. Tetapi untuk medali emas, Indonesia 38, Singapura 57 dan Vietnam 58. Di atasnya, Thailand 72 emas dan juara umum Malaysia 145 emas.

Baca Juga:  Lecehkan Media Grassroot, Wilson Lalengke Laporkan Kapolres Pringsewu ke Divisi Propam Polri

Sementara Filipina yang konon tengah dilanda konflik bersenjata di bagian selatan negaranya bahkan mampu mengumpulkan total 121 medali dengan rincian; 24 medali emas, 33 medali perak, dan 64 medali perunggu. Demikian pula halnya Myanmar yang kini tengah terlibat konflik di Rohingya masih mampu meraih 7 emas, 10 perak dan 20 perunggu dengan total keseluruhan 37 medali.

Parahnya lagi, perolehan medali emas Indonesia pada SEA Games 2017 adalah yang terburuk kali pertama dalam sejarah. Sejak 1999 hingga 2015, Indonesia meraih emas tak kurang dari 40 medali. Lalu di mana letak keberhasilan dan kehebatan revolusi mental ala Joko Widodo? Entahlah! (ed)

(Editor: Eriec Dieda)

Related Posts

1 of 18