NUSANTARANEWS.CO, Yogyakarta. Terbentuknya pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara atau dikenal dengan sebutan Pasar Ekonomi Asean (MEA) tidak hanya membuka kran pasar perdagangan dan jasa. Jauh lebih dari itu, MEA menuntut pasar tenaga kerja professional seperti pengacara, akuntan dan lain sebagainya. Indonesia sebagai negara yang merupakan bagian dari Asia Tenggara harus mampu mecetak tenaga kerja prosfesional untuk menghadapi pasar tunggal yang terbentuk pada akhir 2015 lalu tersebut.
Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan RI Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Balai Besar Peningkatan Produktivitas menjadi salah satu tonggak mempersiapkan tenaga kerja professional serta mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dan produktif dalam menghadapi MEA. Kali ini, Kemnaker bekerja sama dengan The Indonesian View (TIV) Yogykarta meningkatakan produktivitas masyarakat.
Direktur The Indonesian View (TIV) Yogyakarta Resar membenarkan bahwa MEA merupakan fakta yang tak bisa dihindari keberadaannya. “Pelatihan ini mengajak masyarakat tidak gagap menghadapi pasar bebas seperti MEA. Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah memotivasi masyarakat untuk berwirausaha dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean,” kata Resar saat ditemui di kantor TIV, Selasa (28/2) kemarin.
Kegiatan pelatihan wirausaha produktif tersebut akan dilaksanakan di dua desa yang terletak di Kabupaten Bantul Yogyakarta. Dua desa yang menjadi pusat pelatihan kali ini adalah Desa Taruman, RT 04/ RW 12 dan yang kedua, berada di Desa Ngaglik RT 05 Timbul Harjo, Sewon Bantul Yogyakarta. Setiap desa menggelar pelatihan yang berbeda-beda dengan durasi waktu selama 4 hari ini (Senin, 27 Februari-2 Maret 2017) membidik sisi kerajinan dan tata boga.
“Untuk Desa Ngaglik, jenis pelatihan yang diberikan berupa pelatihan Tata Boga dengan spesifikasi membuat kue. Sedangkan untuk Desa Taruman, pelatihannya berupa mengolah dan memanfaatkan kain perca,” sambung dia.
Dirinya berharap agar seluruh peserta menindaklanjuti apa yang sudah didapatkan dalam proses pelatihan. “Kita berharap, dengan dorongan dari pemerintah yang maksimal ini melalui program pelatihan, peserta juga bisa menjadikannya modal semangat berwirausaha sekaligus mendongkrak nilai ekonomis peserta,” tandasnya. (Tri/Memed)
Editor: Romandhon