Kesehatan

Gangguan Kesehatan Mental Marak di Kalangan Remaja

Gangguan kesehatan mental marak di kalangan remaja.
Gangguan kesehatan mental marak di kalangan remaja/Ilustrasi: letstalkstigma.org

NUSANTARANEWS.CO – Gangguan kesehatan mental marak di kalangan remaja. Mempromosikan kesejahteraan psikologis dan melindungi remaja dari pengalaman buruk dan faktor risiko yang dapat memengaruhi potensi mereka untuk berkembang sangat penting bagi kesejahteraan mereka selama masa remaja untuk kesehatan fisik dan mental mereka di masa dewasa.

Masa remaja adalah masa yang penting untuk mengembangkan kebiasaan sosial, emosional dan kesehatan mental. Hal ini termasuk juga pola tidur yang sehat, olahraga teratur, mengembangkan kreatifitas, pemecahan masalah, dan interpersonal – tentu dengan dukungan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.

Remaja dengan kondisi kesehatan mental sangat rentan terhadap pengucilan sosial, diskriminasi, stigma (mempengaruhi kesiapan untuk mencari bantuan), kesulitan pendidikan, perilaku mengambil risiko, kesehatan fisik yang buruk dan pelanggaran hak asasi manusia.

Perhimpunan Nasional untuk Pencegahan Kekejaman terhadap Anak (NSPCC) mengungkapkan bahwa pihaknya menerima konseling untuk masalah kesehatan mental serius marak sepanjang tahun 2015-2016. Menurut NSPCC, sepanjang tahun itu sedikitnya 50.819 anak-anak dan remaja mengalami gangguan kesehatan mental. Angka itu naik 8 persen selama empat tahun belakangan.

Baca Juga:  Hari Kesehatan Mental Sedunia, Khofifah Ajak Masyarakat Peduli Terhadap Sesama

Dilaporkan The Guardian, selama empat tahun belakangan ada 36 persen anak-anak dan remaja yang mengalami depresi serta gangguan lainnya. Termasuk juga adanya peningkatan remaja yang melakukan aksi bunuh diri.

Anak-anak dan remaja itu masih berusia 12-15 tahun. Dan pihak remaja putri jumlahnya lebih banyak dibandingkan remaja putra atau anak laki-laki.

Chief Executif NSPCC, Peter Wanless mengatakan bahwa angka anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan mental sangat memprihatinkan.

“Untuk memastikan generasi berikutnya tidak mengalami gangguan kesehatan mental harus ada tindakan yang lebih komprehensif untuk mendukung kalangan profesional untuk menyikapi dan mengobati anak-anak muda yang mengalami putus asa agar mereka mendapatkan kehidupan yang normal seperti biasanya,” kata Wanless.

Sementara itu Direktur Kebijakan dan Penelitian Anak, Sam Royston mengungkapkan banyak kalangan muda yang mengalami permasalahan mental.

“Masalah tersebut dapat mempengaruhi anak-anak. Dalam penelitian, kami menemukan adanya kesenjangan kesehateraan antara remaja perempuan dan laki-laki. Banyak faktor yang menjadi faktor penyebabnya,” kata dia.

Baca Juga:  Hari Polio Sedunia, Cagub Luluk Ajak Gerakan Pencegahan Polio

Royston menuturkan salah satu masalah yang dihadapi adalah bullying hingga persoalan trauma akibat kejadian masa lalu. “Gagal mengatasi masalah kesehatan mental sejak dini bisa merusak kehidupan anak-anak muda. Sebagai langkah awal, perlu bagi anak-anak mendapatkan akses kesehatan mental dan kesejahteraan seperti dukungan konseling di sekolah guna mencegah agar tak menjadi masalah kritis,” ungkapnya.

Selain itu juga, dukungan dari teman dan keluarga amat penting guna mencegah gangguan mental pada diri anak-anak remaja.

Oleh karena itu, diperlukan kampanye kesehatan mental dan intervensi pencegahan bertujuan untuk memperkuat kapasitas individu guna mengatur emosi, meningkatkan alternatif untuk perilaku pengambilan risiko, membangun ketahanan untuk mengatasi situasi dan kesulitan, dan mempromosikan lingkungan sosial dan jaringan sosial yang mendukung.

Hal itu sangat penting untuk memenuhi kebutuhan kesehatan mental remaja. Menghindari pelembagaan dan pengobatan berlebihan, memprioritaskan pendekatan nonfarmakologis, dan menghormati hak-hak anak sejalan dengan Konvensi PBB tentang Hak Anak dan instrumen hak asasi manusia lainnya adalah kunci bagi remaja. (Se/Alya)

Related Posts

1 of 3,051