NUSANTARANEWS.CO, Damaskus – Bukan hanya minyak, militer AS juga ternyata menjarah berton-ton gandum Suriah. Menariknya baru-baru ini, ternyata bukan hanya minyak yang dijarah oleh militer Amerika Serikat (AS) di Suriah. Kantor berita SANA melaporkan bahwa pasukan AS juga telah menjarah tanaman gandum dari Hasakah Suriah ke Irak.
Media Suriah tersebut melaporkan bahwa militer AS juga melakukan penjarahan berton-ton gandum sebagai operasi berkelanjutan selain penjarahan minyak. Pada hari Kamis (1/4), dua belas truk AS yang membawa berton-ton gandum dari Suriah utara terlihat konvoi menuju Irak.
Menurut sumber-sumber lokal, berton-ton gandum tersebut telah dicuri dari silo di Tal Alou di Kegubernuran Al-Hasakah.
Pada hari Jumat, 18 kendaraan militer AS yang sarat dengan gandum juga dilaporkan terlihat melewati perbatasan Semalka menuju Irak.
Rusia mengkonfirmasi pada bahwa Kremlin terus menerima laporan harian tentang konvoi AS yang mentransfer minyak dan biji-bijian dari Suriah ke Irak. Menurut Kremlin, pada 23 Maret terlihat 300 truk tanki minyak melintasi perbatasan Suriah-Irak.
Sumber lokal di kota al-Swaidah mengatakan kepada SANA bahwa konvoi 300 mobil tanki berisi minyak mentah memasuki wilayah Irak setelah melewati perbatasan al-Mahmoudiya pada hari Selasa.
Lalu pada 26 Maret, dilaporkan sumber-sumber lokal di kota al-Malikiyah di timur laut Suriah bahwa konvoi 18 kendaraan militer AS yang sarat dengan biji-bijian gandum bergemuruh melintasi perbatasan Semalka menuju ke wilayah Irak.
Setelah mantan Presiden AS Donald Trump mengumumkan pada musim gugur 2018 rencananya untuk menarik pasukan dari Suriah, sebagai bagian dari janji pemilu 2016 untuk menghentikan “perang tanpa akhir” – tiba-tiba Presiden Trump berubah pikiran, dan menegaskan bahwa kehadiran militer AS di timur laut Suriah adalah untuk “mengambil minyak Suriah”.
Hari ini, Presiden Joe Biden tampaknya tetap melanjutkan kebijakan pendahulunya tersebut: menjarah minyak! Bahkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Kremlin telah menerima informasi bahwa AS berencana untuk menduduki Suriah tanpa batas waktu, “bahkan sampai menghancurkan negara ini”.
Seperti diketahui, pasukan AS telah menduduki wilayah di timur laut kaya minyak Suriah sejak 2017 secara illegal. Kehadiran militer AS di Suriah tidak pernah diundang dan tidak ada izin dari Dewan Keamanan PBB. Presiden Suriah Bashar al-Assad telah berulang kali menyatakan bahwa kehadiran pasukan Amerika di negara itu ilegal dan melanggar kedaulatan Suriah
Menteri Perminyakan dan Sumber Daya Mineral Suriah, Bassam Tomeh, mengatakan kepada jaringan berita televisi Suriah berbahasa Arab al-Ikhbariyah pada 18 Maret bahwa AS dan sekutu terorisnya mengontrol 90 persen cadangan minyak mentah di wilayah timur laut Suriah yang kaya minyak.
“Amerika dan sekutu terorisnya terus mencuri kekayaan minyak Suriah dengan kapal tankernya seperti bajak laut,” tegasnya.
AS pertama kali mengkonfirmasi penjarahan minyak Suriahnya selama sidang dengar pendapat Senat antara Senator Republik Carolina Selatan Lindsey Graham dan mantan menteri luar negeri AS Mike Pompeo pada akhir Juli tahun lalu.
Pada 30 Juli dan selama kesaksiannya kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Pompeo mengkonfirmasi untuk pertama kalinya bahwa sebuah perusahaan minyak Amerika akan mulai bekerja di timur laut Suriah, yang dikendalikan oleh militan dari apa yang disebut Pasukan Demokratik Suriah (SDF). (AS)