Puisi

Si Otak Udang, Dungu, Puisi-puisi An-Naufil

otak udang, dungu, puisi, puisi-puisi, kumpulan puisi, an-naufil, nusantaranews
ILUSTRASI – Dungu. (Foto: Pixabay)

Nomor Satu

Asap rokok yang mengepul berantakan
kian selaras dengan perasaan
gaduh hati siang malam
memberontak nasib kelam
akibat tragedi penghianatan yang menikam

Tiada hirau bahkan risau
senda-gurau kacau balau
walau itu dari engkau
tak lagi aku terpukau

Adakah pengkhianat terhormat?
Akankah penghianat selamat?

Kutanya padamu
jika kau tahu
daftarkan aku nomor satu!

Annuqayah, 2019 M

 

Si Otak Udang

Merapatlah kawan!
akan kuceritakan pada kalian
tentang si Otak Udang
yang sedang mengalang kita
dengan enam sembilan pendapatnya

Perhatikan kawan!
aku sanjung ia melinglung
aku humoris ia apatis
aku berpendapat ia merampat
bahkan,
aku bersalah ia membacah

Ketahuilah kawan!
bahwa ia hanya mengali
badan kekar yang ia miliki
tak sehebat udang-udang sepanjang kali
“Robohkan!”

Annuqayah, 2019 M

 

Harap II

Setelah kupandang kepastian di ranum senyummu
putus asa luar biasa, binasa
segenap derita nyata, rata
bahkan padam segala bara

Jujur aku lumpur yang masyhur
jarang tafakur sering takabur
namun setelah mabrur memilikimu
sehimpun kufur telah aku lebur ke laut syukur

Aku tak ingin kau lenyap, Habibah
di antara celah sunyi-diksi
hingga metafor-metafor menjadi saksi
akan trauma yang sempurna

Annuqayah, 2019 M

 

Mantra Sang Mau

Mau
Mau
Aku mau itu

Mau
Mau
Kau tak mau

Mau
Mau
Kau mau itu

Mau
Mau
Aku itu mau

Mau
Mau
Aku mau itu kau

Mau
Mau
Kau tak mau itu aku

Mau
Mau
Tetap itu mau aku

Annuqayah, 2019 M

 

Dungu

“Jangankan bangunku
tidurpun aku terluka karenamu”
gumam kalbu selalu

Hai kamu
lihatlah diriku yang dungu!
merindu walau tak dirindu
pasrah kendati terjajah resah
dan yang lebih nyata
adalah mencinta yang tak ingin dicinta

Apakah ini cobaan
dalam maju dan bertahan?
atau malah peringatan
agar mundur dan terkalahkan?

Aku simalakama
antara dua hal yang sama
maju kena, mundur kena
haruskah aku bijaksana?

Annuqayah, 2019 M

 

Rembulan Menjelmamu

Rembulan menjelmamu
tak urung membakar nafsu
menjadikannya batu-batu rindu
di otak belakangku

Rembulan menjelmamu
membuatku termangu dungu
tak hiraukan lagi kasur sepi
tempat meniti mimpi
kendati tak bertepi

Rembulan menjelmamu
maka izinkan aku menjadi bintang
walau memancar tak terang
hanya harapku sinarmu berlapang
pada kalbu yang gersang

Annuqayah, 2019 M

 

 

 

 

Riwayat penulis: An-Naufil, Santri asal Silo – Jember yang sedang mengaji di PP. Annuqayah daerah Lubangsa Guluk-guluk Sumenep Jawa Timur sekaligus tercatat sebagai Mahasiswa Smt. V PBA Pa. Instika. Penulis bisa dihubungi melalui Fb: Guz Naufil atau email: [email protected]

Related Posts

1 of 3,053