Rekayasa
Rekayasa sayembara
Bagaimana layak disebut perjuangan
Ingin berbicara namun dipaksa
Paksaan untuk dipendapatkan
Karena haus akan kemakmuran diri
Rekayasa sayembara
Oh duhai dewan dewan ku
Apakah kau sedang bersaing dengan tuhan
Lantas kau buta akan tuhanmu
Kau bertindak seakan
Gasing yang hilang keseimbangan
Doyong ke kanan ,ke kiri pun tak lupa
Hanya tali gasing sebagai penyeimbang
Namun kau buang tali itu ke perutmu
Matilah demokrasi hari itu
Purwokerto, 15 September 2019
Jiwa Murni
Dari celah lubang di pondok ini
Aku memerhatikan dirimu
Pribadi yang indah nan lembut
Kau selalu berhasil membuat diriku
Tersayu kagum
Setiap bertatap denganmu
Kamus kata ku, habis tak tersisa
Kau berhasil membuat tubuh gagah ini
Merasakan apa itu cinta
Aku sering melamun tentangmu
Ketika kau memanggil nama ku
Membayangkan ada satu wanita
Yang berpayung kecemasan
Menanti diriku
Hingga raga telah basah kuyup
Oleh khawatir
Aku berharap
Semoga kau bahagia disana
Menjadi manusia paling bahagia seantero alam
Amiin
Banyumas, 15 September 2019
Besi Karat
Sore itu
Dibawah gedung yang gilar
Pojok sebelah kanan gedung itu
Terlihat murung raut wajah manusia
Badanya kecil bak pasak tenda
Rambutnya bergelombang
Busananya compang camping
Sesekali ia menjerit kesakitan
Karena sipilis yang dideritanya
Tidak jarang ia mencoba menyapa orang
Senyuman yang harus ia terima berubah
Menjadi umpatan yang membebal dalam hati
Tidak ada jawaban dari pertanyaan sore itu
Sebab bahagia hanya kesedihan yang
Menunggu waktu
Purwokerto, 19 September 2019
Tepakan Kaki
Sepasang sandal yang buluk
Telah menapak berkilo jauhnya
Selop yang membusuk
Penanda bukti pengabdianya
Sepasang sandal yang buluk
Telah menjaga telapak majikanya
Tali jepit yang tipis karena lapuk
Dijaga mudah hilang
Dilepas pasti hilang
Purwokerto, 22 September 2019
Menolak lupa
Hari senin
Tanggal tiga puluh
Bulan kesembilan
Tahun dua ribu Sembilan belas
Pagi itu
Tepat hari ini
Lima puluh empat tahun lalu
Telah beterbangan jiwa
Yang sepadan bagai permata
Doa puji kami panjatkan
Atas pengabdianya yang
Telah terkubur dengan bijaksana
Jasmerah
Jangan lupakan sejarah
Purwokerto, 30 September 2019
Harapan
Banyak kembang dalam angan
Semesta punya banyak kejutan
Entah suka atau duka
Kita harus tetap menjalaninya
Ingin menjadi pintar
Tapi belajar enggan
Beribadah selalu bolong
Beramanah masih bohong
Bangkitlah!
Ibu melahirkanmu
Bukan untuk jadi pecundang
Purwokerto, 28 September 2019
Doa
Lalu malam habis diteguk asa
Malam yang larut dalam kelam
Berharap fajar membawa harapan
Berangkali terwujud sudah doaku kawan
Doa malam selalu ku panjatkan
Dari insan yang buatku ada
Doa yang kuperlu
Jalani kedepanya
Purwokerto, 1 Oktober 2019
Berpulang Jiwa
Aku pulang
Pulang tuk kembali nanti
Entah sudah berapa kali hati
Berkecamuk
Akan adanya hal tabu
Berjalanlah
Ambil sisa tawamu
Yang tertinggal di masa lalu
Semua insan berhak bahagia
Termasuk kamu
Purwokerto, 1 Oktober 2019
Waktu Adanya
Peredaran semesta alam
Tak lagi sesuai kodratnya
Terlihat sang insan
Yang ada di bilik semesta
Merongrong untuk hidup
Yang membawanya sampai titik ini
Tepatnya, detik ini
Purwokerto, 3 Oktober 2019
Penulis: Faisal Najib, lahir di perbatasan kabupaten Banyumas dan Purbalingga. Desa Banjaranyar daerah Kecamatan Sokaraja,pada 15 November 2000. Saat ini dia sedang melanjutkan studi S1 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto. Dia aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia rayon Tarbiyah. Untuk sekarang dia tinggal di Pondok Pesantren Darussalam, Dukuhwaluh. Alamat rumah desa Banjaranyar RT1/5 Sokaraja, Banyumas.