Puisi

Rekayasa, Menolak Lupa dan Sajak-sajak Faisal Najib

rekayasa, menolak lupa, sajak, sajak-sajak, faisal najib, kumpulan sajak, nusantaranews
Faisal Najib. (Foto: Dok. Pribadi)

Rekayasa

Rekayasa sayembara
Bagaimana layak disebut perjuangan
Ingin berbicara namun dipaksa
Paksaan untuk dipendapatkan
Karena haus akan kemakmuran diri

Rekayasa sayembara
Oh duhai dewan dewan ku
Apakah kau sedang bersaing dengan tuhan
Lantas kau buta akan tuhanmu

Kau bertindak seakan
Gasing yang hilang keseimbangan
Doyong ke kanan ,ke kiri pun tak lupa
Hanya tali gasing sebagai penyeimbang
Namun kau buang tali itu ke perutmu
Matilah demokrasi hari itu

Purwokerto, 15 September 2019

 

Jiwa Murni

Dari celah lubang di pondok ini
Aku memerhatikan dirimu
Pribadi yang indah nan lembut
Kau selalu berhasil membuat diriku
Tersayu kagum

Setiap bertatap denganmu
Kamus kata ku, habis tak tersisa
Kau berhasil membuat tubuh gagah ini
Merasakan apa itu cinta

Aku sering melamun tentangmu
Ketika kau memanggil nama ku
Membayangkan ada satu wanita
Yang berpayung kecemasan
Menanti diriku
Hingga raga telah basah kuyup
Oleh khawatir

Aku berharap
Semoga kau bahagia disana
Menjadi manusia paling bahagia seantero alam
Amiin

Banyumas, 15 September 2019

 

Besi Karat

Sore itu
Dibawah gedung yang gilar
Pojok sebelah kanan gedung itu
Terlihat murung raut wajah manusia

Badanya kecil bak pasak tenda
Rambutnya bergelombang
Busananya compang camping
Sesekali ia menjerit kesakitan

Karena sipilis yang dideritanya
Tidak jarang ia mencoba menyapa orang
Senyuman yang harus ia terima berubah
Menjadi umpatan yang membebal dalam hati
Tidak ada jawaban dari pertanyaan sore itu
Sebab bahagia hanya kesedihan yang
Menunggu waktu

Purwokerto, 19 September 2019

 

Tepakan Kaki

Sepasang sandal yang buluk
Telah menapak berkilo jauhnya
Selop yang membusuk
Penanda bukti pengabdianya

Sepasang sandal yang buluk
Telah menjaga telapak majikanya
Tali jepit yang tipis karena lapuk
Dijaga mudah hilang
Dilepas pasti hilang

Purwokerto, 22 September 2019

 

Menolak lupa

Hari senin
Tanggal tiga puluh
Bulan kesembilan
Tahun dua ribu Sembilan belas

Pagi itu
Tepat hari ini
Lima puluh empat tahun lalu
Telah beterbangan jiwa
Yang sepadan bagai permata

Doa puji kami panjatkan
Atas pengabdianya yang
Telah terkubur dengan bijaksana
Jasmerah
Jangan lupakan sejarah

Purwokerto, 30 September 2019

 

Harapan

Banyak kembang dalam angan
Semesta punya banyak kejutan
Entah suka atau duka
Kita harus tetap menjalaninya

Ingin menjadi pintar
Tapi belajar enggan
Beribadah selalu bolong
Beramanah masih bohong

Bangkitlah!
Ibu melahirkanmu
Bukan untuk jadi pecundang

Purwokerto, 28 September 2019

 

Doa

Lalu malam habis diteguk asa
Malam yang larut dalam kelam
Berharap fajar membawa harapan
Berangkali terwujud sudah doaku kawan

Doa malam selalu ku panjatkan
Dari insan yang buatku ada
Doa yang kuperlu
Jalani kedepanya

Purwokerto, 1 Oktober 2019

 

Berpulang Jiwa

Aku pulang
Pulang tuk kembali nanti
Entah sudah berapa kali hati
Berkecamuk
Akan adanya hal tabu

Berjalanlah
Ambil sisa tawamu
Yang tertinggal di masa lalu
Semua insan berhak bahagia
Termasuk kamu

Purwokerto, 1 Oktober 2019

 

Waktu Adanya

Peredaran semesta alam
Tak lagi sesuai kodratnya
Terlihat sang insan
Yang ada di bilik semesta
Merongrong untuk hidup
Yang membawanya sampai titik ini
Tepatnya, detik ini

Purwokerto, 3 Oktober 2019

 

 

 

 

 

Penulis: Faisal Najib, lahir di perbatasan kabupaten Banyumas dan Purbalingga. Desa Banjaranyar daerah Kecamatan Sokaraja,pada 15 November 2000. Saat ini dia sedang melanjutkan studi S1 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto. Dia aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia rayon Tarbiyah. Untuk sekarang dia tinggal di Pondok Pesantren Darussalam, Dukuhwaluh. Alamat rumah desa Banjaranyar RT1/5 Sokaraja, Banyumas.

Related Posts

1 of 3,050