NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Puncak peringatan hari ulang tahun (HUT) TNI ke-74 digelar di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur pada Sabtu 5 Oktober 2019. Peringatan HUT TNI kali ini, pengamat militer, Susaningtyas Kertopati menyoroti soal pendidikan dan pelatihan TNI, khususnya terkait pembentukan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan).
“Dari hasil penelitian dan pantauan saya, kali ini saya berikan atensi pada pendidikan dan pelatihan TNI karena ini sangat penting untuk memajukan TNI sebagai tentara berkelas dunia. Saya sampaikan pendapat saya soal pendidikan dan pembentukan Kogabwilhan,” ujar Susaningtyas, Jakarta, Sabtu (5/10/2019).
Seperti diketahui, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto telah meresmikan Kogabwilhan sekaligus melantik tiga pimpinan organisasi baru tersebut pada 27 September 2019 lalu.
Peresmian dan pelantikan digelar di Skuadron 17 Lanud Halim Perdanakusuma. Kogabwilhan dibagi menjadi tiga yakni Kogabwilhan I, Kogabwilhan II dan Kogabwilhan III.
Baca juga: Satu Dekade Disiapkan, Komando Gabungan Wilayah Pertahanan Menuju Network Centric Warfare
Adapun tiga pimpinan Kogabwilhan yang telah dilantik di antaranya Pangkogabwilhan I Laksda Yudo Margono, Pangkogabwilhan II Marsda Fadjar Prasetyo dan Pangkogabwilhan III Mayjen Ganip Warsito.
Peresmian Kogabwilhan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 2019 Tentang Pembentukan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan dan Peningkatan Status 23 Komando Resort Militer dari Tipe B menjadi Tipe A. Kedudukan ketiga Kogabwilhan berada di Tanjung Pinang, Balikpapan dan Biak.
Susaningtyas menuturkan, Kogabwilhan merupakan salah satu sub organisasi TNI yang diaktifkan kembali dengan pertimbangan pencapaian tugas pokok TNI (reaktivasi). Awalnya Kogabwilhan dibentuk sesuai Strategi Pertahanan Semesta berdasarkan pembagian kompartemen strategis dalam mengimplementasikan strategi itu sendiri. Seiring dengan perjalanan waktu, maka dinamika politik melikuidasi Kogabwilhan dan bahkan mengkonsentrasikan gelar kekuatan TNI di Pulau Jawa (Java Centris).
“Dengan mencermati perkembangan lingkungan baik regional maupun global, maka kebutuhan kekuatan TNI harus digelar secara proporsional sesuai dengan eskalasi ancaman. Bahkan kebutuhan gelar kekuatan TNI juga ditujukan untuk mengantisipasi bencana alam di berbagai daerah sehingga dibutuhkan reaksi kecepatan TNI yang harus hadir minimal 4 jam pasca terjadinya bencana,” jelas pengamat yang karib disapa Nuning itu.
Baca juga: Ada Organisasi Baru di Dalam TNI
Tentu saja, lanjutnya, output dan outcome Kogabwilhan sudah diperhitungkan melalui berbagai macam simulasi untuk melaksanakan berbagai macam OMP dan OMSP. Termasuk di dalamnya adalah simulasi penganggaran agar pembentukan dan operasionalisasi Kogabwilhan tidak menjadi beban keuangan negara. Beberapa perspektif dan teori keamanan nasional telah dikaji untuk menilai berbagai kriteria dan parameter efektifitas Kogabwilhan.
TNI diyakini telah melakukan kajian yang mendalam untuk meningkatkan interoperability ketiga matra TNI ke dalam Kogabwilhan. Luasnya wilayah Indonesia menjadi dasar pembentukan 3 Kogabwilhan agar rasio efektifitas dan efisiensi benar-benar mampu menjawab kebutuhan di lapangan.
Selanjutnya, Nuning juga menjelaskan soal pendidikan dan pelatihan TNI. Menurutnya, peringatan HUT TNI tahun 2019 ini sangat bermakna untuk mendukung program pemerintah ke depan.
“SDM unggul Indonesia maju harus dijabarkan internal Mabes TNI dan Mabes Angkatan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas prajurit TNI sebagai SDM yang unggul,” paparnya.
Kualitas prajurit TNI harus unggul dibandingkan dengan prajurit negara-negara lain, kata Nuning. “Kualitas prajurit harus ditingkatkan sejalan dengan era Revolusi Industri 4.0,” lanjut dia.
Kemudian, Nuning menambahkan, proses pendidikan dan latihan di lingkungan TNI harus memanfaatkan teknologi informasi dan digitalisasi agar diperoleh keuntungan organisasi pendidikan berupa efisiensi. Keuntungan lain adalah pengajaran kepada peserta didik atas pemanfaatan teknologi informasi dan digitalisasi dalam penugasan selanjutnya di Kotama Operasional dan/atau Kotama Pembinaan.
“Kualitas prajurit TNI juga harus ditingkatkan untuk mengawaki teknologi militer terkini, seperti pemanfaatan Unmanned System baik berupa robot maupun artificial intelligent dan cyber defense,” imbuh Nuning.
Berikutnya, para prajurit TNI juga harus mampu berinteraksi dengan sesama prajurit yang asalnya 100 persen manusia, 50 persen robot dan bahkan yang berasal 100 persen robot.
“Oleh sebab itu, sangat penting bagi TNI untuk merekrut para pemuda dan pemudi yang memiliki intelejensi tinggi,” kata dia.
Nuning mengingatkan, kualitas prajurit TNI berikutnya yang harus ditingkatkan adalah kemampuan akademik baik di bidang metodologi cara berpikir maupun di bidang komunikasi. Sebab, kualitas metodologi cara berpikir secara ilmiah sangat dibutuhkan para prajurit TNI untuk senantiasa menggunakan perspektif yang ilmiah di dalam menyelenggarakan operasi militer. Sedangkan kualitas di bidang komunikasi sangat ditentukan kemampuan menggunakan bahasa-bahasa internasional.
“Sangat penting bagi prajurit TNI pada level tamtama dan bintara untuk mahir berbahasa Inggris. Kemudian para perwira pertama harus mampu berbahasa Inggris dan satu lagi bahasa internasional, apakah bahasa Perancis, bahasa Mandarin, bahasa Spanyol dan lain-lain. Sedangkan para perwira menengah harus mampu berbahasa Inggris dan dua bahasa internasional lainnya,” urainya.
Kuncinya, lanjut dia, hanya satu dalam menyiapkan keunggulan SDM prajurit TNI yakni semua lembaga pendidikan TNI mencapai akreditasi nasional dan akreditasi internasional. (eda/erk)
Editor: Eriec Dieda