Mancanegara

Suriah Menentang Keras Agresi Militer AS-Turki di Suriah Utara

Suriah Menentang Keras Agresi Militer AS-Turki
Suriah Menentang Keras Agresi Militer AS-Turki ke wilayah kedaulatannya. Presiden Bahsar al-Assad/Foto: citizen truth

NUSANTARANEWS.CO – Suriah menentang keras agresi militer AS-Turki di Suriah Utara. Kementerian Luar Negeri Suriah pada hari Kamis lalu telah menolak kesepakatan pendudukan tidak bermoral Amerika Serikat (AS) dan Turki di Suriah utara yang ingin menciptakan zona penyangga. Pernyataan itu dikeluarkan setelah AS dan Turki mengumumkan kesepakatan mereka untuk mendirikan pusat operasi bersama guna untuk menciptakan zona aman di Suriah utara.

Kantor berita Suriah mengatakan bahwa,”Suriah dengan tegas menolak perjanjian pendudukan AS dan Turki di Suriah utara, apapun alasannya,” kutip SANA dari sumber dari Kementerian Luar Negeri Suriah.

Sumber kementerian juga menyalahkan pihak Kurdi yang bersedia menjadi alat proyek terselubung AS-Turki yang agresif,” tambah sumber itu.

“Damaskus menyerukan kepada masyarakat internasional dan PBB untuk mengutuk agresi AS-Turki di Suriah sebagai eskalasi berbahaya yang dapat menimbulkan ancaman bagi perdamaian dan keamanan di kawasan dan dunia, serta menghalangi semua upaya positif untuk menyelesaikan krisis di Suriah.”

Baca Juga:  Blokade Laut Merah dan Serangan Rudal Yaman Terhadap Israel

Seperti telah diberitakan, pejabat senior Turki, termasuk Presiden Recep Tayyip Erdogan, dalam beberapa bulan terakhir telah berulang kali mengancam akan menyerang Suriah utara dan timur laut, yang saat ini dikuasai oleh pasukan Kurdi yang didukung AS.

Ankara menganggap Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) sebagai cabang Partai Pekerja Kurdistan (PKK) adalah “organisasi teroris.”

Turki juga sangat berkepentingan dengan pembentukan zona penyangga di Suriah utara untuk memulangkan sebagian pengungsi Suriah yang berada di negaranya.

Menurut PBB, lebih dari 5,6 juta warga Suriah telah mengungsi sejak AS dan sekutunya melancarkan perang proksi untuk menggulingkan Presiden Bashar al-Assad pada tahun 2011. Turki sendiri telah menjadi negara penampung terbesar sebanyak 3,6 juta pengungsi yang kini berada di dalam perbatasannya. Negara penampung pengungsi lainnya adalah Lebanon, Yordania, Irak, dan Mesir.

Turki berharap dapat segera menerapkan zona aman sepanjang 32 kilometer di Suriah utara, dan membersihkan seluruh unsur-unsur afiliasi PKP dan YPG. Ankara juga memperingatkan bahwa jika pembentukan zona itu ditunda, mereka akan mengambil tindakan militer lintas batas untuk menghilangkan ancaman teroris di perbatasan selatannya.

Baca Juga:  Untuk Kesekian Kalinya, Putin Menunjukkan Bahwa Ia Tidak Menggertak

Terkait dengan rencana itu, Kementerian Pertahanan Nasional Turki telah mengumumkan pada hari Selasa bahwa persiapan pusat operasi antara Washington dan Ankara untuk membangun zona aman di Suriah telah dimulai.

Kementerian juga mengatakan upaya sedang berlangsung di provinsi lanlıurfa, Turki tenggara, sebagai bagian dari zona aman di Suriah utara. Dikabarkan pula satu tim spesialis AS telah tiba di lanlıurfa untuk segera membangun pusat komando gabungan. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,083