NUSANTARANEWS.CO – Ditengah kegamangan situasi batas memasuki globalisasi gelombang ketiga, G20 mulai menampilkan lembaga-lembaga internasional baru, baik Bank Infrastruktur Asia atau AIIB dan Bank Pembangunan Baru (NDB), yang mendukung peran lebih besar dalam arsitektur keuangan internasional. KTT G-20 tahun ini bertema “Menuju Ekonomi Dunia Yang Inovatif, Dinamis, Interkonektif dan Inklusif”, di mana “Pembangunan Inklusif dan Interkonektif” merupakan salah satu tema utama. Dengan dilatarbelakangi prospek ekonomi global yang terus melambat dan proteksionisme yang semakin menjadi-jadi, tema KTT tahun ini dianggap sangat signifikan.
Dalam kegiatan KTT G20 pada 4 -5 September mendatang ini, China sebagai tuan rumah diprediksi akan konsekuan mempromosikan perdagangan bebas, serta reformasi keuangan global dan fiskal. Pemerintah China pun dipastikan akan menegaskan inisiatifnya dalam urusan global terkait proyek Jalur Sutra Maritim Abad 21 dengan Inisiatif One Belt One Road–nya.
Seperti diketahui, G-20 adalah sebuah forum yang didirikan atas prakarsa AS guna meredam krisis keuangan era-1998-an yang melanda Asia dan sekitarnya. Pada awalnya G20 hanya sebagai sebuah forum ekonomi tingkat menteri, yang lebih kepada ajang konsultasi dan kerjasama atas hal-hal yang terkait sistem moneter internasional. Agenda pertemuan lebih mengarah pada stabilitas keuangan internasional serta mencari upaya-upaya pemecahan masalah yang tidak dapat diatasi oleh satu negara tertentu. Forum ini menghimpun 2/3 penduduk dunia yang menguasai 80% transaksi perdagangan internasional dengan nilai output 90% PDB global.
KTT G-20 pertama diadakan di Washington, AS, dengan agenda membahas krisis keuangan global 2008, sepuluh tahun sejak krisis keuangan global 1998 yang belum juga menemukan solusi. Dengan intensitas pertemuan yang tinggi, G20 tampaknya mulai menemukan agenda masa depan ekonomi dunia yang lebih efisien. Dalam beberapa rangkaian pertemuan sejak Pittsburg (2009), Seoul (2010), Saint Petersburg (2013), Brisbane (2014), dan Antalya (2015) di Turki, agenda pertemuan mulai fokus membahas transparansi perbankan, pembangunan infrastruktur di negara-negara berkembang, serta dukungan terhadap industri kecil, termasuk usaha skala mikro.
Agenda prioritas G-20 sangat relevan dengan apa yang ditargetkan oleh pemerintah Indonesia, seperti transparansi perbankan dan fiskal, menghapus hambatan perdagangan dan meningkatkan investasi di bidang infrastruktur. Kemudian serius meningkatkan sinergi kebijakan perdagangan dan investasi global agar dapat memberikan kenyamanan kepada investor dan regulator, serta mendorong koherensi kebijakan perdagangan dan investasi di tingkat nasional, regional, maupun internasional. Sementara wakil-wakil negara berkembang menyarankan agar G-20 melakukan langkah terkait regulasi, standardisasi, pengurangan biaya perdagangan, dan kemudahan berbisnis, dalam rangka menciptakan pertumbuhan inklusif.
Dalam rangka mengikuti KTT G20 Hangzhou 2016 ini, Presiden Jokowi ketika akan bertolak mengatakan bahwa pada forum G-20 ini, pesan utama yang akan disampaikan oleh Indonesia adalah pentingnya keterbukaan informasi di antara negara-negara G-20 termasuk transparansi sistem perpajakan internasional dan pembangunan infrastruktur. Indonesia juga akan menekankan pentingnya UMKM untuk mendukung “inclusiveness” serta mendorong keseimbangan dan keadilan dalam sistem perdagangan dunia. Selain menghadiri KTT G20, Presiden Jokowi dijadwalkan bertemu masyarakat Indonesia di Shanghai dan sekitarnya, juga dijadwalkan untuk berbicara di “Bisnis-20” forum. (AS)