Puisi Fadilah Widayanti
Dzikir Tahajud
Lirih dalam lisan
Dengan sejuk angin harapan
Ditemani gelap menuju subuh
Dalam doa aku berteduh
08032019
Pertunjukan
Aku tidak tahu
Pertunjukan apa yang akan aku pentaskan
Ilmu dan iman menjadi kawan di panggung ini
Background telah disandarkan
Bukan berarti skenario ku sudah berakhir
Justru ini awal kisah yang baru
Di alam kemudian
9 Maret 2019
Mencoba Ikhlas
Kupukupu malam datang bersinggah
Otak berpijak pada waktu lalu
Sama seperti dirimu pada diriku
Sebentar mencinta lalu berpisah
Karangklesem, 11 Maret 2019
Hoax
Bermodal gadget secondan
Ujaran kebencian disuburkan
Disirami air mata kepalsuan
Pupuk nista ditaburkan
Dengan benih bernama kekuasaan
Beda pilihan langsung dihakimi
Keributan diamini
Saling benci dinantinanti
Generasiku jangan sampai terbohongi
Karangklesem, 9 Maret 2019
Basah Sendiri
Mengapa aku selalu menyukaimu
Padahal dirimu hanya diam
Bibirku yang selalu memulai
Dan bibirku pula yang mengakhiri sendiri
Kau diam tapi kau yang menjadi pengendaliku
Membimbingku menjalani hari
Menemani dalam suka dan dukaku
Tiada henti 60 detik dalam menit
Seperti ada yang kurang bila tidak menyentuhmu
Berduaan denganmu menjadi hobby favoritku
Di kamarku yang dingin dan tak begitu terang
Menjadikan bersamamu lebih indah
Aku tak bisa jauh
Bersamamu ku rasakan kedamain hati dan jiwa
Aku bimbang bila tak bersamamu
Slalu ku muliakan dimanapun kau berada
Pagi siang sore malam
Aku tak bisa jauh darimu
Sampai sampai bibirku basah sendiri
Saat melantunkan ayat demi ayatmu
11.02.2019
Malam Pertama
Yang dipikir semua orang
Malam pertama itu nikmat
Padahal tidak selalu
Banyak yang mengeluh bahkan menyesali
Banyak yang menjerit kesakitan
Berdarah darah lalu berdarah lagi lalu lagi
Ular kecil atau besar tanpa suara sudah masuk ke dalam lobang
Menjerit lagi teriak ketakutan
Banyak yang mengeluh dan menyesali
Tapi tidak selalu buruk
Ada yang mendapat keindahan dan kenikmatan di malam pertama
Bahagia menyeringai di kanan kiri bibir
Lobang yang sempit menjadi lebar
Yang mejerit karena didatangi malaikat Munkar Nakir dengan wajah menyeramkan
Membawa alat untuk memukul tiada henti
Bagi yang di dunia banyak bermaksiat
Yang menyeringai
Bahagia disambut malaikat Munkar Nakir
Karena di dunia banyak beribadah
11.02.2019
Fadilah Widayanti. Lahir 17 Oktober 2000 di Banyumas. Tinggal di Karangklesem, Purwokerto Selatan. Sekarang kuliah di IAIN Purwokerto semester 2 jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Senang mencurahkan suasana hati dan pengalamannya lewat puisi. Facebook: Fadilah Widayanti dan Instagram: @fadilahwidayanti