NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Tepat hari ini, 6 Agustus 2019, Indonesia sedang memperingati 10 tahun wafatnya sosok sastrawan besar WS Rendra. Menurut pengamat politik Ujang Komarudin, kehebatan dan kebesaran dari sastrawan berjuluk si Burung Merak ini telah diakui dunia.
Ujang mengatakan Rendra adalah seorang sastrawan besar milik bangsa Indonesia.
“Kebesaran dan kehebatan namanya bukan hanya dikenal di Indonesia. Tetapi juga di dunia. Puisi-puisi nya menggetarkan kalbu, memotivasi, dan menginspirasi,” ujar Ujang kepada redaksi, Selasa (6/8/2019).
Menurut Ujang, bait-bait dari syair yang dilahirkan WS Rendra mampu menggugah kehidupan bangsa Indonesia.
Dirinya mengaku ada satu karya Rendra yang paling berkesan hingga kini yakni cuplikan puisinya yang berjudul Kesadaran Adalah Matahari selain Panembahan Reso.
Menurut dia, dalam cuplikan puisi tersebut Rendra mengajarkan kepada bangsa Indonesia untuk meletakkan kesadaran di atas segala-galanya. Sebab lanjut dia, tanpa kesadaran mustahil manusia mampu membangun peradaban.
“Kalau puisinya (yang saya suka), judulnya Kesadaran adalah Matahari. Karena tanpa kesadaran. Manusia tak akan bisa membangun peradaban. Peradaban besar Indonesia bisa dibangun dengan kesadaran. Kesadaran yang tinggi laksana matahari yang menyinari bumi,” jelasnya.
Berikut cuplikan puisi karya WS Rendra soal Kesadaran adalah Matahari:
Kesadaran adalah matahari
Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala
Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.
Bait tersebut merupakan akhir penutup dari pidato kebudayaan Rendra di Taman Ismail Marzuki Jakarta, pada 10 November 1997. Bahkan bait ini populer dan banyak dikutip orang.
Para aktivis senang sekali memajang cupilkan puisi WS Rendra ini sebagai slogan perlawanan.
Pewarta: Romadhon