NUSANTARANEWS.CO – Andai Radar Tribaskoro orang Madura, ia akan menyebut Syaiful Mujani Research and Cosulting (SMRC) “wan-ilmuwan”. Artinya ilmuwan gadungan.
Tahun lalu, DR. Syahganda Nainggolan bikin tulisan analisis tentang SMRC sebagai tidak ilmiah. Kurang lebih sama dengan Radar.
Dicap begitu, sudah selesai lembaga polling yang seringkali ngawur berat itu. Tapi para manipulator justru senang ada gadungan seperti itu untuk memanipulasi kebenaran. Untuk mengubah jalannya sejarah: deception inteligent operation kalau di ABRI. Toh ABRI lebih jujur, tak memakai istilah research dan penelitian. Mozaiq yang benar diubah dengan mozaiq buatan. Jadilah pecundang jadi pahlawan, dan pahlawan jadi pecundang.
Menurut saya terlalu mahal, harus pakai quis tidur segala, seolah-olah responden sungguhan memberi respons sesuai metodologinya. Anjuran saya, langsung dikarang saja outputnya Pak Bro. Murah, cepat, sesuai pesanan. Cukup digarap oleh seorang data processing, menginputnya dengan data imaginer dan sampel tidur. Output langsung keluar di Program Run sesuai pesanan. Lalu bikin bla bla blanya.
Murah toh? Cukup bayar operator data processing, bikin Inception Report, jadilah Final Report. Publish ke sosmed. Bikin konpers. Selesai. Terima termijn terakhir dari owners. Umroh. Anak gue juga bisa.
Beda dengan yang bukan wan-ilmuwan. Dulu tiap satu proyek riset dijagai minimal 2 PAU, ditambah peneliti madia sebanyak sektor dan peneliti muda. PAU itu penjamin kejujuran: boleh salah tapi tak boleh berdusta!
Owners juga membentuk tim penguji dan pengawas. Penerima job, wajib menyetorkan data paripurna di CD Burning, sejak desain, data processing dalam program run, inception dan final report, termasuk data kuesioner yang tak ada pada final report dan covered costingnya.
Apapun argunya, penelitian adalah bisnis trust. Yang mutakhir kini, owner dan penelitinya sepakat curang. Maka bersetubuhlah syetan dan iblis di SMRC, seperti kata Radar Tribaskoro: pelacur intelektual. Wan-ilmuwan!
Dua hari ini, wan-ilmuwannya SMRC viral di seantero Sosmed. Sang Pelacur!
Bandjar mengirim Namfrel ke saya. NAMFREL (National citizens movement for free elections), didirikan oleh Jose Conception, intelektual Filipina untuk mencegah kecurangan hasil pemilu Comelec, KPU-nya Filipina.
Dengan gagasan cerdasnya (quick count), Namfrel sukses mencegah kecurangan KPU yg mendukung Presiden Marcos (1986). Begitulah kerja intelektual yang bukan wan-ilmuwan.
Di sini, para akademisi (bukan intelektual seperti disebut Radar), justru menjadi pelopor dan aktor utama manipulasi demokrasi secara menjijikkan. Orang-orang seperti mereka itulah sebenar-benar musuh rakyat!
*Djoko Edhi Abdurrahman, Penulis adalah Mantan Anggota Komisi III DPR, Wakil Sekretaris LPBH PBNU.