Mancanegara

Usai Sargsyan Undur Diri dari Perdana Menteri Karena Protes Besar, Armenia Terus Membara

Para pengunjuk rasa di ibukota Armenia. (Foto: Getty)
Para pengunjuk rasa di ibukota Armenia. (Foto: Getty)

NUSANTARANEWS.CO, Yerevan – Perdana Menteri Armenia Serzh Sargsyan mengundurkan diri usai diprotes masyarakat Armeni selama dua pekan berturut-turut. Aksi unjuk rasa besar-besaran di ibukota Armenia, Yerevan sebelum akhirnya Sargsyan mengalah demi keamanan dan kondusifitas negara yang diisukan mengalami peristiwa genosida pada masa akhir-akhir Kekaisaran Ottoman pada tahun 1915 hingga 1922 itu.

Seperti diwartakan, Sargsyan memenuhi permintaan demonstran yang menolak dirinya menjadi Perdana Menteri Armenia setelah satu dekade menjabat sebagai presiden.

Sejatinya Sargsyan belum lama dilantik sebagai Perdana Menteri Armenia. Namun, bersamaan itu pula aksi protes besar-besaran dari kubu oposisi yang mengorganisir masyrakat berlangsung lebih dari dua pekan. “Aksi ini jelas menentang jabatan saya. Karenanya, saya memutuskan untuk menuruti permintaan kalian (demonstran-red),” ujar Sargsyan dalam sebuah pernyataannya.

Besar kemungkinan aksi protes terhadap Sargsyan ini didukung oleh Uni Eropa. Pasalnya, Sargsyan dikenal dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia juga dituduh telah melobi parlemen untuk memuluskan langkah politiknya menuju kursi Perdana Menteri karena tak ada kandidat lain selain dirinya. Diketahui, negara yang menganut sistem pemerintahan Republik Semi-Presidensial ini merupakan anggota Dewan Eropa.

Baca Juga:  Winning the US Election, King of Morocco Congratulates Trump as the Next US President

Dan belakangan, hubungan Rusia dan Uni Eropa terus memburuk menyusul pertikaian di Krimea yang telah menyulut konflik militer. Sampai hari ini, AS dan Uni Eropa terus menekan dan memaksa Rusia mengembalikan Krimea ke pelukan Ukraina dan Uni Eropa.

Juru bicara Menteri Luar Negeri Rusia Maria Zakharova bahkan memuji keputusan yang diambil Sargsyan sebagai langkah untuk menyatukan bangsa Armenia sekaligus menghindari aksi kekerasan.

Para pelaku protes terhadap Sargsyan sebagian besar merupakan barisan kaum muda dan pelajar yang mengaku tidak takut pada mereka yang berkuasa. Sebagian militer Armenia juga ikut berkumpul bersama demonstran menolak Sargsyan. Semangat kaum muda ini kemudian menular ke masyarakat lainnya termasuk para tetua sehingga jumlah massa aksi semakin hari kian bertambah dan terbendung.

Andai Sargsyan tidak mengalah, Armenia bisa saja kembali dirundung aksi kekerasan karena tuntutan demonstran yang menentang keputusan politik parlemen. “Saya mengalah. Dalam situasi seperti ini ada beberapa solusi bisa diambil, tetapi saya tidak akan memilih salah satunya. Itu bukan gaya saya. Saya mundur dari kepemimpinan negara dan jabatan Perdana Menteri Armenia,” kata Sargsyan.

Baca Juga:  Ukraina Mengakui Ketergantungannya Pada Bantuan Barat

Pemimpin oposisi yang mengorganisir massa untuk menolak Sargsyan menjadi perdana menteri salah satu negara Kaukasus ini tak lain adalah Nikol Pashinyan. Partai Kontrak Sipil yang memiliki empat kursi dari 105 anggota di Majelis Nasional Armenia merupakan salah satu dari tiga lainnya yang tergabung dalam gerakan penolakan Sargsyan ini yang menyebut dirinya koalisi oposisi Way Out.

Di depan kerumunan massa, Pashinyan bahkan menyebut bahwa aksi protes ini merupakan sebuah gerakan revolusi. Dan aksi ini diperkirakan akan terus berlanjut sampai Hari Peringatan Genosida Armenia (Day of Commemoration of Armenian Genocide), guna memperingati isu pembunuhan 1,5 juta warga Armenia yang dimulai pada tahun 1915 silam. Isu genosida di Armenia ini telah menjadi kampanye global yang terus didengungkan dalam berbagai kesempatan dan ajang.

Bahkan, empat orang etnis Armenia yang tinggal di Amerika Serikat membentuk sebuah grup band bernama System Of A Down (SOAD) sebagai wadah kampanye untuk mengingat peristiwa kemanusiaan yang dianggap paling mengerikan dalam sejarah tersebut. Lagu-lagu SOAD yang kental dengan sentuhan musik Armenia sangat inovatif dan populer di seluruh belahan dunia, di mana isinya ialah ide, pandangan dan apa yang mereka rasakan terhadap peristiwa kemanusiaan terutama genosida Armenia.

Baca Juga:  Pembantaian Warga Palestina di Gaza: Kekejaman yang Mencoreng Kemanusiaan

Keempat personil SOAD adalah etnis Armenia di antaranya Serj Tankian, Shavo Odadjian, Daron Malakian dan John Dolmayan. Tankian dan Dolmayan lahir di Lebanon. (red)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,050