NUSANTARANEWS.CO – Dunia terus berlari dengan berbagai temuan teknologi terbarukan. Sementara bumi yang semakin renta mulai kehabisan sumber daya alam seperti baturbara dan minyak bumi. Karenanya, para ilmuan terus bereksperimen untuk menemukan hasil teknologi terbarukan demi menyiasati kekurangan batubara dan minyak bumi. Misalnya seperti listrik dan mobil tegana surya.
Pembangkit listrik konvensional menggunakan bahan batubara. Selain persediaan batubara semakin menipis, asap yang dikeluarkan mengandung polusi yang mengganggu kesehatan manusia. Dengan alasan tersebut dan ditambah satu alasan lagi yakni efisiensi, para ilmuan terus berinovasi. Salah satu contohnya ialah mengembangkan turbin angin atau kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik. Menurut sumber wikipedia, turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dll. Turbin angin terdahulu banyak dibangun di Denmark, Belanda, dan negara-negara Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan Windmill.
Lantaran dunia sudah jauh berkembang, turbin angin dewasa ini lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi dan menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin.
Turbin sampai saat ini memang masih belum sepenuhnya mampu menjadi pengganti pembankit listri konvensional seperti PLTD, PLTU, dll. Lebih tepatnya, sejaun ini turbin angin masih dalam proses pengembangan di tangan para ilmuwan. Hal itu dilakukan karena manusia di bumi akan menghadapi satu masa, dimana sumber daya alam akan menipis bahkan habis. Bayangkan, jika tidak mengembangkan turbin angin dan juga panel surya (baca pembangkit listrik tenaga surya) tidak dikembangkan, sementara batubara dan minyak bumi sebagai bahan dasar pembangkit listrik habis, dunia ini bisa saja kembali ke masa lalu, dimana manusia memanfaatkan batu dan kayu untuk pencahayaan di malam hari.
Pada umumnya daya efektif yang dapat dipanen oleh turbin angin hanya sebesar 20%-30%. Sedangkan prinsip dasar kerja turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari angin menjadi energi putar pada kincir, lalu putaran kincir digunakan untuk memutar generator, yang akhirnya akan menghasilkan listrik. Prosesnya memang tidak semudah itu, karena terdapat berbagai macam sub-sistem yang dapat meningkatkan safety dan efisiensi dari turbin angin, yaitu:
Pertama, Gearbox, alat ini berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada kincir menjadi putaran tinggi. Biasanya Gearbox yang digunakan sekitar 1:60. Kedua, Brake System, alat ini digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Ketiga, Generator, ini adalah salah satu komponen terpenting dalam pembuatan sistem turbin angin. Generator ini dapat mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Prinsip kerjanya dapat dipelajari dengan menggunakan teori medan elektromagnetik. Keempat, Penyimpan energi. Karena keterbatasan ketersediaan akan energi angin (tidak sepanjang hari angin akan selalu tersedia) maka ketersediaan listrik pun tidak menentu. Kelima, Rectifier (penyearah)-inverter (pembalik). Rectifier dapat menyearahkan gelombang sinusodal (AC) yang dihasilkan oleh generator menjadi gelombang DC. Karena kebanyakan kebutuhan rumah tangga menggunakan catu daya AC, maka diperlukan inverter untuk mengubah gelombang DC yang dikeluarkan oleh aki menjadi gelombang AC, agar dapat digunakan oleh rumah tangga.
Manusia dapat berharap besar dengan adanya turbin angin tersebut. Namun sampai saat ini masih ada banyak kritik terhadap turbin angin. Salah satu kritik terbesar biasanya mereka tidak baik untuk melihatnya, namun itu mungkin berubah atas penemuan NewWind sebuah perusahaan Perancis. Dimana perangkat baru mereka, Pohon Vent atau pohon angin berlubang, yang tersusun dari turbin angin vertikal dengan tampilah menyerupai pohon.
Kendati pohon itu nampak laiknya karya seni modern yang akan cocok di setiap perkotaan, juga menyediakan fungsi yang sangat penting. Dimana saat ini setiap pohon memiliki output daya 3,1 kilowatt, yang mungkin tidak dapat memberikan energi secara penuh. Namun, dengan menggunakan beberapa pohon bersama sebagai fitur lanskap di taman atau di pinggir jalan akan memberikan dampak lebih bagi rumah dan bangunan di dekatnya.
Pohon-pohon ini berdiamer 11 meter (36 kaki), 8 meter (26 kaki) pada titik terlebar, yang dibuat setinggi pohon-pohon di perkotaan. Bingkai putih pohon terbuat dari baja, dan dapat menahan 72 turbin vertikal. Orientasi ini dapat mencegah kebisingan, sehingga turbin berputar diam-diam. turbin angin biasanya sangat tinggi untuk mencapai ketinggian di mana angin lebih kuat, tapi ini turbin vertikal dapat berputar dengan angin bertiup serendah 7 km / h (4.4 mph), membuatnya dua kali lebih sensitif seperti turbin tradisional. Namun, mereka cukup tahan lama untuk menahan Kategori 3 angin, yang bisa mencapai 178-208 km / h (111-129 mph).
Setiap turbin “sheet,” disebut Aeroleaf, dibangun dari plastik ringan. Plastik yang ditempeli resin atau damar sebagai pelindung dari kondisi cuaca seperti kelembaban dan garam (untuk daerah dekat dengan laut). Turbin adalah kabel secara paralel sehingga jika salah satu berhenti bekerja untuk alasan apa pun, yang lain tidak akan terpengaruh.
Karena itulah, NewWind telah menguji pohon di Paris Place de la Concorde pada tanggal 12 Maret hingga 12 Mei 2016 lalu, yang memungkinkan masyarakat untuk melihat bagaimana fungsi turbin dalam pengaturan normal. Selanjutnya, sekitar 40 unit lebih rencananya akan dipasang di seluruh negeri (Perancis) pada bulan September 2016 mendatang.
Bagi masyarakat yang ingin memiliki Pohon Vent, mereka harus menunggu sedikit lebih lama. Sebab untuk masuk produksi massal direncanakan baru selesai sampai musim panas 2016 dan awalnya hanya tersedia di Perancis dan negara-negara Eropa proksimal lainnya. Sampai saat ini pihak perusahaan belum menyatakan apakah mereka akan memperluas produknya ke Amerika Serikat atau tidak. Untuk harganya diperkirakan masing-masing pohon sekitar € 29.500 (US $ 35.000), meskipun harga yang diharapkan akan menurunkan produksi menjadi lebih murah dan teknologi yang dikembangkan lebih lanjut. (Sulaiman)