Tragedi Rohingya, Kapitra: Ini Bukan Kekecewaan Religius, Tapi Kemanusiaan

Tim Advokasi GNPF Kapitra Ampera mewakili massa aksi solidaritas untuk Rohingya di Kedubes Myanmar. Foto Richard Andika/ NusantaraNews.co

Tim Advokasi GNPF Kapitra Ampera mewakili massa aksi solidaritas untuk Rohingya di Kedubes Myanmar. Foto Richard Andika/ NusantaraNews.co

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Massa aksi solidaritas Rohingya mengepung kantor Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta. Aksi tersebut dihadiri oleh beberapa perwakilan dari ormas, antara lain Front Pembela Islam (FPI), Forum Umat Islam (FUI), Gerakan Masyarakat Jakarta (GMJ), FBR, HMI, dan KNPI.

Massa menuntut pemerintah Myanmar untuk menghentikan pembantaian terhadap Muslim Rohingya di Rakhine States, Myanmar. Kapitra Ampera yang menjadi perwakilan aksi tersebut mengatakan aksi yang dilakukan semata-mata untuk alasan kemanusiaan, tidak ada alasan keagaman.

SImak: Perwakilan Aksi Solidaritas Rohingya Temui Pihak Kedubes Myanmar, Ini Tuntutannya

“Bukan kekecewaan religius, tapi kekecewaan kemanusiaan, humanity. Kita tidak pernah bertemu dalam sejarah peradaban manusia, ada peristiwa yang biadab seperti ini,” ujar Kapitra usai menemui pihak Kedubes Myanmar di lokasi aksi, Rabu (6/9/2017).

“Orang dibantai, sudah itu dimutilasi, dimasukkan ke dalam lubang dan dibakar. Ini pemerintahan dikelola dengan hati serigala,” imbuhnya.

Baca: Aksi Solidaritas Rohingya, Massa Desak Turunkan Bendera di Kedubes Myanmar

Sementara itu, Kapitra berharap pemerintah Indonesia ikut berperan dalam menjaga perdamaian dunia.

“Kita menginginkan pemerintah RI yang diamanahkan pembukaan UUD untuk menjaga perdamaian dunia ini, tidak bersahabat dengan pemerintah yang berhati serigala. Tidak perlu berkawan dengan orang yang membiarkan hatinya kehilangan akal sehat dan kemanusiaan, untuk itu kita ingin Kedubes ini diusir dari sini,” ungkap Kapitra.

Simak: Selain Kedubes Myanmar, Kemenlu Jadi Sasaran Aksi Solidaritas Rohingya

Untuk diketahui sebelumnya, ribuan orang kaum Rohingya mengungsi meninggalkan rumahnya di Rakhine States seiring memburuknya stabilitas dan disebut genosida di kawasan itu dalam beberapa hari terakhir.

Baca Juga: Aksi Save Rohingya Antre di Depan Kedubes Myanmar

Pewarta: Ricard Andhika
Editor: Ach. Sulaiman

Exit mobile version