NUSANTARANEWS.CO – Angkatan Laut Amerika Serikat mengumumkan akan melakukan latihan militer yang melibatkan tiga kapal induk di Pasifik Barat mulai hari Sabtu hingga Selasa (11 -14/11/2017). Kapal-kapal induk Armada ke-7 Amerika – USS Ronald Reagan, USS Nimitz, dan USS Theodore Roosevelt – akan menjalankan latihan bersama. Armada ke-7 ini berbasis di Yokosuka, dekat Tokyo.
Seorang pejabat Departemen Pertahanan AS mengatakan bahwa latihan tersebut akan dilakukan di Laut Jepang, yang mengindikasikan bahwa latihan itu ditujukan untuk meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara.
Komandan Armada Pasifik AS Laksamana Scott Swift mengatakan bahwa latihan tersebut merupakan bukti kuat atas kemampuan tinggi Armada Pasifik AS dan komitmen yang kukuh bagi keberlanjutan keamanan dan stabilitas kawasan.
Latihan iini akan menjadi yang pertama kalinya tiga kapal induk AS beroperasi bersama dalam sebuah latihan militer di Pasifik Barat sejak tahun 2007 – yang bertepatan dengan tur terakhir Presiden Donald Trump ke Asia.
Seperti diketahui terakhir kali ketiga kapal induk itu beroperasi bersama di daerah tersebut pada tahun 2006 dan 2007 dengan sandi Valiant Shield di lepas pantai Guam. Kedua latihan tersebut berfokus pada kemampuan untuk secara cepat menggabungkan kekuatan dari tiga kelompok penyerang dalam menanggapi situasi regional, kata angkatan laut.
AS telah mengirim sejumlah aset strategisnya ke daerah tersebut – termasuk kapal pengangkut, pembom berat dan kapal selam berteknologi tinggi – sebagai bagian dari dorongan terpadu untuk menekan tekanan pada Korea Utara untuk mengendalikan program nuklir dan rudal balistiknya.
Beberapa hari menjelang kunjungan Trump ke Jepang, telah AS mengirimkan dua pembom berat B-1B dari Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam untuk misi kerjasama dengan jet tempur Angkatan Udara Korea Selatan dan pesawat tempur Angkatan Udara Bela Diri Jepang.
Korea Utara mengecam aksi kekuatan militer tersebut sebagai latihan untuk melakukan invasi.
Dalam sebuah komentar beberapa waktu lalu, media pemerintah Korea Utara mengatakan bahwa, “tidak ada yang bisa memprediksi kapan ‘orang tua gila’ di Gedung Putih, yang kehilangan akal, akan memulai perang nuklir melawan DPRK.” (Banyu)