Hankam

Terkait Hibah Drone dan Helikopter dari Amerika Serikat

Terkait Hibah Drone dan Helikopter dari Amerika Serikat
Terkait hibah drone dan helikopter dari Amerika Serikat/foto: facebook

NUSANTARANEWS.CO –Terkait hibah drone dan helikopter dari Amerika Serikat (AS) baru-baru ini, Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa antara 2014 dan 2015, AS telah menawarkan bantuan kepada militer Indonesia di bawah Pendanaan Militer Asing (FMF). Pada tahun 2017 Angkatan Laut memilih tawaran hibah berupa drone ScanEagle buatan anak perusahaan Boeing Insitu, dan peningkatan helikopter Bell 412.

Hibah 14 unit drone ScanEagle senilai US$ 28,3 juta atau setara Rp 58 miliar – tidak ada artinya bila dibandingkan dengan harga satu unit Drone RQ-4A Global Hawk sekitar US$ 123 juta atau hampir Rp 2 triliun yang ditembak jatuh oleh Iran tahun lalu. Sedangkan upgrade tiga unit Helikopter Bell 412 senilai US $ 6,3 juta adalah untuk meningkatkan efektifitas pengintaian intelijen angkatan laut dan memperkuat sistem pertahanan negara pada umumnya.

Rencananya, ScanEagle dan Bell 412 tersebut akan dipergunakan untuk memperkuat patroli maritim di perairan lepas pantai pulau Natuna – di mana Jakarta dan Beijing terlibat dalam sengketa hak penangkapan ikan.

Baca Juga:  Satgas Catur BAIS TNI dan Tim Gabungan Sukses Gagalkan Pemyelundupan Ribuan Kaleng Miras Dari Malaysia

Drone ScanEagle dengan berat bersih 18 kilo gram ini dapat terbang dengan kecepatan maksimum 148 km/jam hingga ketinggian 15 ribu kaki selama kurang lebih 20 jam. ScanEagle juga dibekali dengan high-resolution electro-optic atau infrared camera hingga kamera termal.

Pada 2004, ScanEagle telah dikerahkan bersama First Marine Expeditionary Force ke Irak sebagai pengintai kekuatan konsentrasi musuh, pergerakan kendaraan dan personel, bangunan dan medan pertempuran.

Sebagai pemimpin industri dalam operasi ISR ​​maritim, Insitu ScanEagle telah mendukung lebih dari 40 kapal beragam kelas, mulai dari kapal cepat hingga kapal AFSB. Sampai saat ini, pengguna platform ScanEagle antara lain: Australia, Kanada, Italia, Jepang, Belanda, Singapura, Spanyol, dan Inggris. Terkait program kerjasama militer menyusul Indonesia, Malaysia, Fiipina dan Vietnam di Asia Tenggara.

Di samping militer, penggunaan sipil dan komersial termasuk pemantauan kebakaran hutan, demonstrasi, pencarian dan penyelamatan serta pengawasan.

Pada 2012, Insitu ScanEagle terlibat dalam misi pembebasan dan penyelamatan Kapten Richard Phillips yang disandera perompak Somalia.

Baca Juga:  Hut Ke 78, TNI AU Gelar Baksos dan Donor Darah

Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono mengatakan bahwa, ScanEagle akan digunakan oleh TNI AL untuk kepentingan khusus. Indonesia hanya keluar dana sekitar Rp10 miliar untuk mengintegrasikan dan memastikan keamanan data dari peralatan ini dengan alutsista lainnya yang nanti akan dikerjakan oleh PT LEN. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,051