Budaya / SeniPuisi

Sepucuk Surat untuk Hujan

Sepucuk Surat Untuk Hujan. (Ilustrasi/Istimewa)
Sepucuk Surat Untuk Hujan. (Ilustrasi/Istimewa)

Puisi Rahmat Akbar

SEPUCUK SURAT UNTUK HUJAN

Daun-daun tertidur pulas
Ia menghela nafas
Menanti sepucuk surat
Yang dikirim hujan melalui bulirnya

Aroma tanah pun mengajak bercengkrama
Menanti musim basah akan fakir kemarau

Ada yang harus kita baca melalui tanda
Mendung berusaha menjemput mata air
Begitu pun hidup
Becerita perihal peristiwa kematian
Dan tumbuh baru

Kotabaru, Februari 2019

SUARA

Suara siapa yang teduh itu
Serak basah rindu berkelindan
Dia pu semakin lelah
Semenjak senja menggerogotinya

Suara siapa yang di kakinya tumbuh surga
Aku tak perlu menjawabnya
Karena kalian tahu semua
Dia yang mencatat cerita di tubuh kita

Tuhan menitipkan cinta
Salah selalu dibetulkan
Hingga riuh itu pecah
Mengukir jelaga kesetiaan

Adakalanya kita tak pernah lagi mendengar suaranya
Mendaur ulang kata demi kata
Memunggut waktu semakin renta
Di dalam lelap abadi
Suara itu tak ada lagi.

Lalu, kita akan meredam kenangan
Pembatas. Tanah bertabur bunga
Menawarkan aroma, seberapa perih kehilangan
“Ibu”. Rumahmu mengajari segala yang berbau rindu.

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

Kotabaru, Februari 2019

Rahmat Akbar, kelahiran Kotabaru 04 Juli 1993 Kalimantan Selatan. Cerpennya dimuat di Medan Post, Kabapesisir dan Puisinya mengisi beberapa media massa seperti Republika, Pikiran Rakyat, Hari Puisi, Padang Ekspres, Haluan, Denpasar Post, Redaksi Apajake, Bangka Pos, Solopos, Riau Post, Malut Post, Jurnal Asia, Fajar Makassar, Kampoeng Jerami, Takanta.Id, Majalah Cikal, Kabar Madura, Majalah Simalaba, Minggu Pagi, Medan Post, Kabapesisir, Radar Mojekerto, Radar Bojonegoro, Radar Cirebon, Rakyat Sumbar, Radar Banyuwangi, Koran Dinamikanews, Malang Post, Analisa Medan, Magelang Ekpres, Flores Sastra, Koran Merapi, Tribun Bali, Media Kalimantan. Puisinya “Hitammu Di Tanahku” antologi puisi ASKS Ke 13 , puisinya di antologi “Gemuruh1001 Kuda Padang Sabana, antologi puisi Taman Sastra“ Empat Ekor Belatung Bersarang di Ubun-Ubunku”, antologi puisi “Pesan Jalan” Tadarus Puisi Kalsel 2017, antologi puisi “Maumang Makna di Huma Aksara” ASKS ke 14, antologi puisi “Pesan Wakil” Puputan Melawan Korupsi Bali, antologi puisi “Hutan Hujan Tropis”, antologi puisi “Negeri Seribu Wajah” Indonesia Lucu Jilid VI 2018, “Sepanjang Jalan Tanjung Serdang” Tifa Nusantara 4, “Lari-larian, Lerek-Lerekan” GSSL Sebelum Keindahan Ini Karam di Lautan, Rain Day 2 Banjarbaru 2018 dan sejumlah antologi bersama. Mengabdikan diri di sekolah SMA Garuda Kotabaru dan pendiri sekaligus pembina siswa-siswanya di Taman Sastra SMA Garuda Kotabaru. Akbar bisa disapa melalui email [email protected],fb: Kai.akbar.

__________________________________

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

 

Related Posts

1 of 3,194