Untukmu kau yang disana
Ada sebuah puisi
tertulis kata-kata pilu
yang sengaja aku tujukan padamu
pada manusia-manusia tak berdosa sepertimu.
Aku menulis puisi ini
bukan tanpa sebuah air mata
bukan tanpa sebuah rasa
namun dari dalam sebuah hati
air mata ini akan menjadi saksi
dalam balutan-balutan luka
luka yang menganga mati
dalam sebuah bencana
aku menulis puisi ini
untuk aku sajikan pada kanak-kanak
yang meratapi ibu bapanya
entah kemana.
Puisi-puisi dalam ini menyimpan harapan
mengobati segala bentuk lara
dari sebuah bencana yang tak terduga awalnya
untukmu kau yang disana
dalam penantian penuh harap
tentang rasa aman
dan rasa lapar.
Pulau Surga
Ada sebuah pulau menjelma surga
yang berada di antara dua sungai
mengalir sajak-sajak cinta
rindu dan asmara dua dewa menyatu
berpadu dalam dekapan penuh cumbu.
pulau itu selalu di puja para pecandu tahta
bermalam
bermain dalam genggaman
membidik lekukan-lekukan tubuh
yang terhanyut dalam birunya laut
bersetubuh hingga senja tak lagi berkutik
pulau itu surga bagi pecandu cinta
begitu elok nan indah
entah siapa saja bertandang kesana
jangan kau mencibirnya
kelak kau akan sengsara
karena birahi tak lagi ada
impoten menjelma dalam raga
pulau itu sungguh indah
bagi siapa saja yang matanya tidak buta
setiap insan berlomba-lomba datang kesana
berharap ada ke syahduhan
seperti minum secangkir kopi robusta
nikmat dan memikat.
Pulau yang indah di mata dunia
Itu …
Lombok, Surga yang tak terduakan
Kini di luluh lantahkan Sang Pencipta.
Tobat
Aku malu pada diriku
aku malu pada dosaku
aku takut Ia tahu diriku rapuh
terbayang wajah-Mu
di relung jiwa yang hampir mati
yang dulu tak peduli
firman dalam ayat-ayat suci-Mu
hanya demi dogma kebebasan.
Kini, aku tersadar atas segala kekhilafanku
tanpa paksaan
tanpa awalan dan akhiran
hamba ingin menjadi hamba-Mu yang sejati
sirami diriku cahaya kekuatan-Mu
untuk mengusir bisikan nafsu
dengan penuh kelembutan
di tengah kegelisahanku
saksikan niat hamba yang tak berdaya ini
untuk tobat pada-Mu.
Ibu, Aku ingin sekolah
Ibu, aku ingin sekolah
tapi gedung sekolahku ambruk remuk
buku-buku ku tertimbun bangunan rumah
guru-guru ku berlarian entah kemana.
Ibu bisakah kau bimbing aku
belajar seeperti dulu lagi
walaupun tidak ada gedung sekolah
tidak ada buku untuk menulis
tapi, langit dapat aku jadikan atap
tanah dapat aku jadikan buku
lidi dapat aku jadikan pensil
dan kau dapat aku jadikan guru
Ibu, aku ingin sekolah
belajar tentang kisah-kisah kehidupan
agar aku menjadi anak yang kuat
ketika alam belum dapat menjadi sahabat
Ibu …
karena kau guru sejatiku
Agus Yulianto. Suka menulis cerpen, cernak, puisi dan esai. Bergiat di Forum Lingkar Pena (FLP) Jawa Tengah dan Komunitas Sastra Kamar Kata Karanganyar. Penulis sebagai pengajar di sekolah dasar SDIT Semesta Cendekia, Jaten Karanganyar. Tulisan-tulisanya terhimpun dalam sebuah antologi. Buku antologi terbarunya perjamuan kopi di kamar kata (2018), Prosa Pendek Pengkhianatan (2018), kumpulan esai Pendidikan Abad 21 Program Pascasarjana UPI, Antologi Puisi tema Perempuan”Allure” oleh Ellunar Publishing (2018), Buku Antologi Memoar Guru Mengajar oleh DIOMEDIA (2018), Buku Antologi Semarak Sastra Simalaba 1 untuk cerita anak oleh Perahu Litera (2018), Buku terbarunya kumpulan esai Gagasan Guru Konyol Gado-gado Pendidikan. Cerita Pendek, Cerita Anak, Puisi, dan beberapa esainya pernah dimuat di koran Harian Umum Solopos, Harian Umum Joglosemar, Majalah On Line Simalaba, Nusantara News, Flores Sastra, Majalah Hadila, dan lain sebagainya. Penulis Tinggal di Dusun Ngemplak RT 02/02, Suruh, Tasikmadu Karanganyar Jawa Tengah.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]