Budaya / SeniPuisi

Senandung Perempuan Di Tengah Laut menantang Maut

Senandung Perempuan di tengah Laut. (FOTO: The Unbounded Spirit | Woman in Ocean)
Senandung Perempuan di tengah Laut. (FOTO: The Unbounded Spirit | Woman in Ocean)

Puisi M Ivan Aulia Rokhman

 

Pulau Seribu Masjid Ditelan Gempa Bumi

 

Lombok, salah satu pulau tersimpan seribu masjid

Dimakan cabe pedas gempa mulai menggetarkan wajah

Serupa rumah digigit getaran kian keras

Satu persatu seluruh pulau diterjang reruntuhan

Warga telah menyelamatkan diri

 

Trauma gempa bumi masih mengguncang setiap bagian retak

Apalagi mendiami samudra kepedihan

Hanya bisa menghangatkan penderitaan

Susah diakses jalur darat, udara mendarat bantuan

Kapan lagi Lombok terbangun seperti semula

Ku berharap kembali dengan bangunan

 

Surabaya, 2018

 

Laut Tercemar akan Mati Sekejap Saja

 

Laut mencemar karena terbakar

Apa mengulir sepangkal korban

Seperti halnya membakar jiwa tanpa nyawa

Saat laut mati tak lagi segar

Laut tercemar entah kemana jika sebagian laut tercemar

Akan tetapi ketika musim kemarau akan menjemput kekeringan

Layaknya terlantar dalam hidupmu

 

Surabaya, 2018

 

Senandung Perempuan Memuja Kalbu

: kepada Nurina Ardiyanti

 

Baca Juga:  LANAL Nunukan Berhasil Lepaskan Jaring Yang Melilit KM Kandhega Nusantara 6

Perempuan menikmati kesunyian belaka

Masih diimbangi dengan keajaiban

Sejauh ini mencuri perhatian karena kamu

Untuk mewarnai kehilangan maka diterjang pada ungkapan kasih

 

Senandung perempuan memuja kalbu

Pastikan jangan seperti hal seperti semula

Di bekali suatu saat

Saatnya kita dipanjatkan diri dan senang memuja denganmu

 

Surabaya, 2018

 

Di Tengah Laut menantang Maut

 

Berjelaga di tepi laut

Cuaca lagi tak bersahabat

Menembus penyelamat

Selamat dari menantang maut

Jeritan ini penuh melukai dari penjuru tengah laut

hadirkan sebuah cerita luka

Dengan segenap nafas tapi tak lagi menerjang sepanjang waktu

Tiada lagi menyelamatkanmu selain kamu

 

Surabaya, 2018

Baca Juga:

M Ivan Aulia Rokhman, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Dr Soetomo Surabaya. Lahir di Jember, 21 April 1996. Karyanya dimuat di koran lokal dan Nasional. Beberapa puisinya juga dimuat dalam antologi Bukan Kita (2017), Esensi (2018), Februari (2018). Bergiat di FLP Surabaya, dan UKKI Unitomo. Seorang Penulis ditengah Berkebutuhan Khusus.

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Related Posts

1 of 3,191