Resensi

Sedulur Sikep Menggugat

NUSANTARANEWS.CO, Kudus – Dalam sejarahnya, sedulur sikep atau yang lebih dikenal sebagai komunitas Samin memiliki gerakan tersendiri dalam melakukan perlawanan terhadap penguasa. Komunitas yang dipelopori Samin Surosentiko ini mulanya adalah sebuah kelompok yang melakukan pembangkangan terhadap pemerintah kolonial Belanda.

Baru-baru ini, buku bertema sama yakni Sedulur Sikep Menggugat: Jalan Berliku Pertahankan Pegunungan Kendeng Utara karya Dr. Subarkah SH. M.Hum, berhasil dilounching.

Subarkah, mengatakan bukunya kali ini diangkat dari disertasinya sewaktu studi Program Doktor (S3). Rektor UMK, Suparnyo mengemukakan, buku Sedulur Sikep Menggugat dinilai menarik, karena mengetengahkan tentang komunitas Samin berikut keteladanan tentang bagaimana menjaga kearifan lokal dan kelestarian lingkungan.

”Banyak teladan dan kearifan dari komunitas Samin, khususnya terkait pandangannya tentang menjaga alam (lingkungan). Ini sangat tepat, di tengah banyaknya kasus-kasus lingkungan yang terjadi dewasa ini,” ungkapnya.

Sementara itu, Prof. FX. Adji Samekto melihat secara ontologis, Subarkah mampu melihat realitas Sedulur Sikep (Samin) dan Pegunungan Kendeng Utara sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. ”Sedulur Sikep sebagai komunitas, kehidupannya bergantung pada kawasan Pegunungan Kendeng Utara,” tulisnya.

Sedang secara epistemologis, penulis (Subarkah) tidak sekadar meneliti lalu kemudian menuliskannya, melainkan berusaha menyadarkan pembaca terutama mereka yang berkepentingan akan keberadaan Sedulur Sikep dan Pegunungan Kendeng Utara untuk selalu membuka dialog dan saling memahami aspirasi satu sama lain.

”Dengan begitu, konstruksi baru pengelolaan kawasan Pegunungan Kendeng Utara itu akan mempertimbangkan keberlanjutan kehidupan dan tanpa meninggalkan prinsip keadilan sosial,” ungkapnya. (Rosidi)

Editor: Romandhon

Related Posts