Politik

Saksikan Kepemimpinan Jokowi, Rakyat Memang Lebih Memilih Diam

Joko Widodo (Jokowi) saat sholat di Masjid Niujie, Tiongkok, Minggu (14/5). (Foto: Biro Pers Setpres)

NUSANTARANEWS.CO, JakartaKiai Ma’ruf Amin diingatkan lebih baik menjelaskan keberhasilan kepemimpinan Jokowi daripada mengeluarkan kosakata yang bermakna kurang etis. Budek, tuli dan bisu dianggap tidak tepat diucapkan oleh sosok sekaliber Ma’ruf Amin yang kini menjadi cawapres.

Politisi Partai Gerindra Arief Poyuono menuturkan, masyarakat selama sudah benar lebih banyak memilih diam menyaksikan perkembangan kepemimpinan Jokowi, terutama terkait sejumlah janji yang tak kunjung ditepati. Padahal, Jokowi-JK sudah memimpin Indonesia hampir lima tahun lamanya.

“Budek, tuli dan bisu karena sudah capek masyarakat ngederin janji-janji Joko Widodo yang tak kunjung terealisasi. Dan akhirnya masyarakat lebih baik memilih jadi tuli dan membisu seribu bahasa daripada kebohongan ditutup dengan kebohongan,” tutur Arief, Jakarta, Minggu (11/11/2018).

Baca juga: 7 Faktor Domestik yang Bisa Membuat Jokowi Kalah di Pilpres 2019

Arief menilai, masyarakat Indonesia sudah tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam. Terutama melihat perkembangan kepemimpinan Jokowi beserta janji-janjinya yang dikampanyekan sejak Pilpres 2014 silam.

Baca Juga:  JKSN Jatim Deklarasikan Dukungan Khofifah-Emil Dua Periode

“Saya kasih tahu deh, masyarakat itu tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam. Tidak semua yang diketahui dan dirasakan serta keluhan harus diungkapkan. Tidak semua yang dengar harus dibicarakan. Karena seringkali diam adalah pilihan terbaik yang membawa maslahat yang lebih besar,” ucap Arief.

“Terkadang kita perlu bersikap pura-pura tidak tahu atau pura-pura tidak dengar, apalagi demi menjaga persatuan dan kedamaian,” katanya.

“Bila semua yang ketahui selalu kita ungkapkan, maka seringkali ada hati yang tersakiti dan masalah semakin bermunculan,” imbuhnya.

Menurut Arief, cawapres Ma’ruf Amin sebaiknya menjelaskan berbagai kebijakan yang telah dilahirkan selama kepemimpinan Jokowi. “Coba jelaskan berapa hutang negara yang sudah di cetak Joko Widodo dan sebanding enga sama pembangunan yang dilakukan,” ujarnya.

Kemudian soal jalan tol, apakah mayoritas masyarakat menikmatinya. Berikutnya soal APBN, apakah selama Jokowi berkuasa ekonomi nasional tumbuh hingga 7%.

“Prestasi Jokowi itu cuma bisa ciptakan lapangan kerja di sektor informal yang enggak aman seperti driver online, pengemudi ojek online di setiap kota dan kuli-kuli bangunan karena infrastruktur yang boleh yang dibiayai utang dari China diharuskan pakai tenaga kerja dari China,” kata Arief.

Baca Juga:  DPRD Nunukan Gelar Paripurna Laporan LKPJ Bupati TA 2023

Arief menambahkan, masyarakat saat ini memang memilih diam saja lantaran sudah tak sanggup lagi menghadapi kenyataan pahit mahalnya harga kebutuhan pokok.

Mayoritas masyarakat buta dan tuli serta bisu karena sudah pusing sama sembako yang mahal, listrik mahal dan susah cari kerjaan dan usaha,” sebutnya.

(bya/eda/gdn)

Editor: Almeiji Santoso

Arief Poyuono

Related Posts

1 of 3,152