NUSANTARANEWS.CO – Generasi merupakan salah satu bentuk entitas yang menjadi penerus adat dan budaya manusia di dunia. Disebut generasi karena di dalamnya terdiri dari sekelompok manusia yang hidup bersama, pada era atau waktu tertentu dengan memiliki ciri yang merupakan kebanggaan untuk diperjuangkan dan dilestarikan dalam hidupnya.
Demikian ungkapan sekjen LGBP, Suprapto, usai acara “Dialog Interaktif Lintas Generasi” di Gedung Granadi Jakarta, beberapa waktu lalu. Dalam acara terserbut membahas perihal rencana pemantapan pola pembangunan perekonomian bangsa yang dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa dan upaya melestarikan gagasan tersebut pada generasi-generasi yang akan datang.
Sampai disini, sipakah generasi baru Indonesia yang akan datang? Butuh keberanian dan tekad bulat untuk menyebut dan menentukan lahir dan hadirnya generasi baru Indonesia. Mengingat situasi dan setiap gejala yang ada di republik ini, masih nampak jauh dari harapan. Namun bukan tidak dapat diusahakan.
Upaya-upaya cerdas yang visioner dan patriotik untuk melahirkan generasi baru masih bisa dilakukan. Sebab, perubahan adalah keniscayaan. Karenanya, siapapun yang menyadari perannya sebagai anak bangsa yang berkewajiban menjaga kadaulatan NKRI berdasakan Pancasila dan UUD 1945, tidak boleh tidak harus bergerak, yakni melakukan sesuatu untuk menghadirkan generasi baru yang diimpikan.
Mawas diri, seperti yang diungkapkan Suprapto pula bahwa, bisa saja setiap generasi tidak menerima warisan pendahulunya begitu saja, sehingga bisa saja menimbulkan kekisruhan. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh cara dan proses alih generasi yang dinilai kurang pada tempatnya. Untuk mengambil contoh dari peristiwa masa lalu, dapat dicermati dan dipahami bagaimana cara dan pola setiap lahirnya generasi yang lahir di Indonesia.
“Situasi itu bisa saja bermuara pada gegar budaya atau yang biasa disebut clash of civilization; bahkan bisa berakibat berakhirnya sebuah generasi atau lost of generation. Hal ini bisa saja terjadi akibat gagalnya komunikasi antar generasi dan lintas generasi secara apik dan proporsional. Sehingga gagasan dasar yang menjadi landasan terbentuknya komunitas atau generasi kurang dipahami oleh generasi penerus,” terang Suprapto.
Untuk itu, pihaknya menjelaskan sepintas perkembangan generasi yang lahir dan berkembang pada bangsa Indonesia sejak abad XX hingga dewasa ini, utamanya yang berkaitan dengan kelahiran dan perkembangan negara-bangsa Indonesia.
“Generasi pertama biasa disebut generasi kebangkitan nasional atau bangsa Indonesia. Generasi kedua adalah generasi kesadaran bangsa yang ditandai dengan lahirnya Sumpah Pemuda. Generasi ketiga ialah generasi proklamasi eksistensi negara-bangsa yang ditandai dengan berderinya suatu negara-bangsa yang bernama Negara Republik Indonesia. Generasi keempat adalah generasi pengisi kemerdekaan, sebutlah saja generasi ‘66. Dan generasi kelima sebutlah saja generasi ’00,” sebut Suprapto sembari menjelaskan masing-masing ciri dan pola dari setiap generasi tersbut.
Kini, Indonesia di tengah siklus sosial, plolitik, dan ekonomi yang dinilai rapuh memungkinkan adanya generasi baru yang akan lahir. Karena itu, dalam rangka menanggapi perkembangan generasi yang terjadi dan bakal terjadi pada suatu bangsa, menurut Suprapto, perlu dikembangkan suatu dasar pemikiran sebagai berikut:
“Kita sebagai generasi pemerkokoh karakter dan jatidiri bangsa menghargai, menghormati hasil yang telah dicapai oleh generasi lampau. Merupakan hak setiap generasi untuk melaksanakan gerak langkah pada saatnya.
Kita perlu memahami gagasan dasar yang diperjuangkan oleh generasi pendahulu kita.
Kita perlu mengusahakan kelanjutan, atau kalau boleh melestarikan, gagasan dasar dan program dasar pembangunan yang perlu diselenggarakan oleh generasi dewasa ini.
Kita perlu menyusun gambaran berupa kecenderungan yang bakal terjadi tentang kehidupan bangsa Indonesia menghadapi ‘Indonesia Emas’.” (Sulaiman)