Mancanegara

Rusia dan Cina Tetap Mendukung Iran dan Menentang Sanksi AS

Rusia dan Cina Tetap mendukung Iran
Rusia dan Cina Tetap mendukung Iran. Tampak Putin, Xi dan Rouhani tampil bersama/Foto: Newsweek

NUSANTARANEWS.CO – Rusia dan Cina tetap mendukung Iran, dan menentang sanksi Amerika Serikat (AS). Klaim AS bahwa Iran memiliki program senjata nuklir adalah sebuah mesin propaganda yang kuat yang didukung oleh dinas intelijen AS, Inggris dan Israel. Namun Rusia dengan tegas menolak klaim AS tersebut dan mendukung langkah Iran dalam menghadapi tuduhan AS. Demikian pula Cina, tidak mungkin mendukung propaganda anti-Iran yang dipaksakan.

Propaganda berlebihan terhadap Iran ini, diduga merupakan manuver dari pejabat tinggi CIA yang ingin mensabotase proses penilaian program nuklir Iran secara internal. Dokumen yang dipakai untuk membuktikan Iran memiliki program senjata nuklir oleh CIA pun ternyata berasal dari kelompok Mujahidin-e-Khalq yang telah lama menjalin kerjasama erat dengan Israel.

Faktanya memang dokumen-dokumen “palsu” itulah yang menjadi bukti utama yang disodorkan kepada dunia internasional dan diterima oleh Badan Energi Atom Internasional sebagai bukti untuk menghentikan program nuklir Iran. Israel sejak 2005 telah rutin memasok informasi palsu tersebut yang diklaim milik seorang ilmuwan nuklir Iran – bedasarkan data laptop – yang diduga kuat dibuat oleh Mujahidin-e-Khalq bagi kepentingan dinas intelijen Israel.

Baca Juga:  Keluarnya Zaluzhny dari Jabatannya Bisa Menjadi Ancaman Bagi Zelensky

Jadi berdasarkan pasokan bukti palsu ini, AS dan sekutunya telah menjadikan Iran sebagai “musuh bersama” yang membuat seluruh dunia (barat) bersatu dengan isu: Iran sedang berusaha membuat senjata nuklir.

Padahal tidak pernah ada bukti kuat yang bisa dijadikan rujukan kebenaran bahwa Iran telah menghasilkan senjata nuklir. Dunia hanya sibuk mendengarkan retorika propaganda anti-Iran dan membaca informasi palsu yang dihembuskan oleh media mainstream barat.

Baru-baru ini, Presiden Iran Hassan Rouhani mengumumkan bahwa mulai 7 Juli, pengayaan uranium Iran akan melebihi kemurnian 3,67%, dan itu melebihi massa maksimum 300 kg stok uranium yang diperkaya – setelah Teheran memutuskan untuk menarik diri dari sebagian komitmennya berdasarkan perjanjian Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) sebagai upaya untuk menyelamatkan kesepakatan multilateral nuklir Iran.

Meski tekanan AS terhadap Iran sudah mencapai titik didih, Presiden Trump tampaknya tidak menginginkan perang di TImur Tengah. Kecuali bila kepentingan AS diserang langsung oleh Iran, meski itupun kemungkinan hanya sebuah “replika” dari insiden “Teluk Tonkin”.

Baca Juga:  Mantan Komandan NATO Menyerukan untuk Mengebom Krimea

Sementara itu, armada kapal supertanker Cina tetap berlayar membawa gas dan minyak Iran – membuktikan bahwa Beijing tidak mengikuti kehendak Washington. New York Times melaporkan kapal tanker Cina “Sino Energy 1” terlihat memasuki perairan Iran dan beberapa hari kemudian dengan bobot penuh berlayar lagi meninggalkan perairan Iran, baru-baru ini.

Beijing jelas tidak mendukung propaganda anti Iran dan menolak tekanan maksimum terhadap Iran. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana dengan Eropa, mampukah mereka memainkan peran independen dengan risiko sangat tinggi? (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,094