Puisi Nuriman N. Bayan
RUMAH PENANTIAN
Di rumah penantian
ia cor tubuhnya
dengan semen gresik
tiga roda dan bosowa
seperti batu
di kahatola dan bisoa
tapi nasib di dekat jantung
tak sanggup ia bendung
ketika hari mulai mendung.
Morotai, 21 Maret 2018.
SEPASANG RASA ASIN
I/
Laut paling asin
bukan ketika ombak
mencium bibirku
tapi basah matamu
dan tangan mungilku
tak bisa menyekanya.
II/
Hujan paling manis
bukan ketika awan
menetas di bibirku
tapi sungai matamu
dan aku tenggelam
sebelum menyelam.
Ternate, 14 Februari 2018.
DI TANAHMU YANG RINDU
Kepergian kali ini
tiada awan berarak-arak
melintasi kaki langit
selain puisi, naik ke udara
turun ke jantungmu, dodola
dan nukila—
kekallah di dadaku.
Di tanahmu yang rindu
aku tanam segala windu
dan penantianmu
takkan lagi menjadi candu.
Ternate, 19 Maret 2018.
Nuriman N. Bayan atau lebih dikenal dengan Abi N. Bayan lahir di desa Supu Kec. Loloda Utara, Kab. Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, pada 14 September 1990. Anak dari Hi. Naser Dano Bayan dan Rasiba Nabiu. Saat ini menjadi Pembina Komunitas Parlamen Jalanan Maluku Utara (Komunitas Teater) dan Komunitas Penulis Tepi. Buku puisi bersamanya, antara lain: Kita Halmahera, Kitab Puisi Penyair Maluku Utara, Mengunyah Geram, Rumah Seribu Jendela, Ombak Ombak Tepi, Soekarno dan Wong Cilik Dalam Puisi, Senja Langit Jatigede, Negeri Bahari, Senyuman Lembah Ijen, Embun-embun Puisi, Bait Kisah Musim Hujan dan pernah terbit di Majalah Simalaba, Majalah Mutiara Banten serta di beberapa surat kabar (Lampung Post, Bangka Post, Posko Malut, Kabar Harian Madura) juga terpublikasi di beberapa media online. Kini tinggal di Ternate.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]