NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Disadari atau tidak, dalam sejarahnya citra kuliner Nusantara, ternyata banyak pula dipengaruhi oleh kuliner Eropa, khususnya Belanda. Dalam hal ini, budaya Rijsttafel.
Dikutip dari Wikipedia, Rijsttafel secara harfiah dalam bahasa Belanda memiliki makna ‘meja nasi’. Yaitu model penyajian makanan secara berurutan dengan pilihan hidangan dari berbagai daerah di Nusantara.
Hal ini tak lepas dari jejak pengaruh Eropa di Indonesia sejak abad ke-16 hingga paruh pertama abad ke-20. Fadly Rahman dalam bukunya berjudul Rijsttafel: Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870-1942 menjelaskan bahwa gaya hidangan yang berkembang saat ini di Indonesia sebenarnya merupakan warisan style ala Eropa. Di mana budaya tersebut kata Fadly Rahman merupakan pengganti kebiasaan makan sambil duduk berkesenian di lantai pada kalangan pribumi.
Ia menyatakan bahwa cerita seputar Rijsttaffel banyak terselip di dalam sumber-sumber tertulis masa kolonial Belanda seperti buku-buku masak, majalah rumah tangga, foto-foto hingga karya sastra.
Lantas bagaimana kisah terbentuknya sebuah budaya makan Rijsttaffel di Indonesia? Fadly mengungkap kemunculan dan perkembangan Rijsttaffel awalnya dimulai dari kebiasaan hidup membujang para pria Eropa. Larangan membawa istri (kecuali pejabat tinggi) dan mendatangkan perempuan Eropa ke Hindia memunculkan terjadinya percampuran darah dengan kaum perempuan pribumi yang melahirkan generasi campuran (Indo) dan kemudian menghasilkan gaya hidup yang campuran pula.
Selain itu, dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869 juga menjadi faktor semakin singkatnya perjalanan menuju tanah jajahan serta diikuti makin luasnya proses percampuran budaya yang ditandai dengan meningkatnya populasi orang Eropa di Hindia Belanda.
Sementara itu menurut Rob Nieuwenhuys dalam bukunya Tempo Doeloe-Een Verzoken Wereld Fotografische Documenten uit het Oude India 1870-1920 sebagaimana dikutip Fadly menerangkan istilah Rijsttafel sendiri baru muncul seiring semakin meningkatnya jumlah orang Eropa pasca pembukaan Terusan Suez yang secara tidak langsung dan lambat laun berdampak besar terhadap terjadinya perubahan sosial budaya di tanah jajahan.
Kondisi itulah yang disebut-sebut kemudian sebagai benih kemunculan dan perkembangan Rijsttafel yang menjadi simbol kemewahan gaya hidup kolonial di Hindia Belanda. Dan lambat laun menjadi budaya makan populer yakni salah satu bentuk kebudayaan Indis.
Melalui budaya makan bernama Rijsttafel ini pula untuk pertama kalinya nasi dan hidangan daerah-daerah di Indonesia mulai dikemas dalam penyajian bergaya Barat.
Pewarta: Romadhon
Editor: Eriec Dieda